SICW 2025 x GovWare
SICW 2025 x GovWare

SICW 2025 x GovWare

Membangun Ketahanan Siber di Era Transformasi Digital Kesehatan

Mohamad Mamduh • 28 Oktober 2025 17:05
Singapura: Transformasi digital di sektor kesehatan membuka peluang besar untuk meningkatkan efisiensi layanan dan hasil perawatan pasien. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul tantangan serius terkait keamanan data dan ketahanan siber. Hal ini menjadi sorotan utama dalam diskusi panel GovWare 2024, yang menghadirkan sejumlah pakar kesehatan dan keamanan siber.
 
Ketua iAPPS Health Group, Dr. Lam Pin Min, menegaskan bahwa kesehatan merupakan infrastruktur vital yang sangat rentan terhadap gangguan. “Kita berada di titik krusial: apakah teknologi akan dimanfaatkan untuk meningkatkan layanan, atau justru menjadi jebakan karena risiko yang menyertainya,” ujarnya.
 
Perlindungan data pasien kini semakin kompleks. Dr. Stanley Lai, pakar hukum siber dan perlindungan data, mencontohkan bahwa kemajuan genomik menambah jenis data baru yang harus dijaga. Informasi genetik pasien kini menjadi bagian dari data pribadi yang sangat sensitif.

“Data adalah mahkota setiap organisasi. Dengan kemajuan teknologi, tantangan untuk melindunginya akan semakin besar,” kata Dr. Lai. Ia menambahkan, kebocoran data hampir tak terelakkan, sehingga rumah sakit harus siap menghadapi insiden, mulai dari penanganan cepat, kewajiban notifikasi, hingga kepatuhan regulasi.
 
Meski risiko meningkat, para pakar menekankan bahwa teknologi tidak boleh dihindari. Dr. Walter Lim, CEO HMI Singapore, menilai kecerdasan buatan (AI) justru bisa menjadi teknologi pertama yang benar-benar meringankan beban tenaga medis.
 
“Selama ini banyak teknologi justru menambah pekerjaan dokter dan perawat. AI berpotensi membuat hidup mereka lebih mudah,” jelasnya. Namun, ia menekankan pentingnya manajemen risiko, termasuk pengembangan sandbox aman untuk menguji penggunaan AI baik dalam konteks klinis maupun non-klinis.
 
Perubahan besar juga terjadi pada ekosistem kesehatan. Yong Yih Ming, COO IHH Healthcare Singapore, mengungkapkan bahwa dalam setahun terakhir terjadi percepatan adopsi peralatan medis dan teknologi baru yang terintegrasi dengan data pasien.
 
“Informasi pasien kini mengalir lintas ekosistem: dari rumah sakit, spesialis, penyedia alat medis, hingga perusahaan asuransi. Hal ini memperluas permukaan ancaman secara signifikan,” ujarnya. Selain itu, faktor manusia juga menjadi titik rawan, mengingat ribuan staf rumah sakit berinteraksi dengan data pasien setiap hari.
 
Untuk memperkuat ketahanan siber, para pakar menyarankan pendekatan bertahap. Yong menekankan agar rumah sakit menghindari implementasi sistem besar-besaran sekaligus. “Perubahan sebaiknya diperkenalkan dalam kelompok kecil, sehingga kompetensi bisa berkembang secara bertahap,” katanya.
 
Sementara itu, Dr. Lai menekankan pentingnya latihan respons insiden siber yang melibatkan semua level manajemen, dari staf menengah hingga dewan direksi. “Pendekatan menyeluruh dari seluruh institusi sangat dibutuhkan,” tegasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan