Jakarta: "Kita kembali lagi. Saya sudah empat tahun tidak memberikan presentasi. Mohon doanya," kata CEO Nvidia Jensen Huang saat pembukaan Computex Keynote, Senin 29 Mei 2023. Ucapannya ini langsung disambut tawa oleh Taiwan dari seluruh dunia yang hadir.
Dengan jaket kulit hitam yang memang menjadi ciri khasnya, maksud yang diutarakan Jensen adalah sudah empat tahun tidak ada Computex yang digelar utamanya secara tatap muka, dan perusahaan terkemuka seperti Nvidia memberikan berbagai pengumuman sehari sebelum acara utama Computex dimulai.
Dalam presentasinya, poin pertama yang Jensen jelaskan adalah ray-tracing, teknologi grafis yang mengandalkan akurasi cahaya untuk meningkatkan kualitas visual yang kini telah diadopsi tak lagi cuma untuk gaming, tetapi juga render video yang identik dengan dunai desain grafis. Sekarang teknologi ini juga tertanam pada jajaran kartu grafis yang baru ini diumumkan, GeForce RTX 4060 Series dalam bentuk unit GPU dan laptop gaming yang telah mendukungnya.
Namun, bukan kartu grafis ini yang jadi topik utama. Generative AI adalah hal yang masih menjadi perbincangan utama, dan Jensen mengatakan Nvidia terus berkomitmen menyediakan banyak inovasi untuk menopang evolusinya. Pada ajang GTC yang digelar beberapa bulan lalu, Nvidia juga telah memamerkan berbagai solusi dan program kerja sama yang terfokus pada pengembangan dan implementasi AI generatif.
Untuk gaming, Jensen resmi mengumumkan Ace, solusi untuk developer yang memanfaatkan platform DGX Cloud untuk merancang dan menciptakan AI agar bisa menerjemahkan atau memproyeksikan perintah ke beberapa hal dalam gaming. Ia memberikan contoh dari input suara pemain, yang nantinya diterjemahkan menjadi avatar atau karakter NPC.
Ia memperlihatkan sebuah demo game. Karakter pemain menemui seorang NPC yang berbicara. Percakapan ini tidak menggunakan skrip," ungkap Jensen. Lewat Ace, developer bisa memanfaatkan domain knowledge atau informasi dan database yang sudah tersedia untuk kustomisasi sesuai spesifikasi. "Dan karakter ini juga dirender menggunakan AI, Inilah masa depan gaming," lanjut Jensen.
Berikutnya, Jensen memamerkan HGXH100, GPU spesial, salah satu tulang punggung Nvidia dalam menghadirkan data center atau superkomputer untuk keperluan AI generatif. Dari sinilah, Jensen mengklaim HGXH100 bisa menghasilkan kemampuan Model Bahasa Besar yang performanya sama dengan server pada umumnya, tetapi dengan ruang atau rak server yang lebih irit, dan konsumsi daya yang sama.
Utamanya, sektor medis yang nantinya bisa mengolah protein atau DNA dan memperlajari segala hal lainnya yang punya struktur. Kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk lainnya. Harapannya, lahir gebrakan atau obat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit lama atau baru.
Jensen lalu menyinggung soal cara kerja sistem komunikasi, yang berevolusi selama 60 tahun terakhir, dari teks menjadi video. "Cara kerjanya selama 60 tahun ini selalu sama: melakukan kompresi, kemudian stream, lalu dekompresi," ujarnya. Dengan 5G dan Generative AI, Jensen melihat sistem ini akan berubah, menjadi persepsi, stream, dan rekonstruksi.
Dampaknya, cara berkomunikasi bisa juga memanfaatkan avatar 3D. "Avatar ini juga bisa berbicara sesuai bahasa yang kita inginkan, seperti punya penerjemah universal." Ia melihatnya sebagai masa depan cara manusia berinteraksi satu sama lain.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id