Ilustrasi.
Ilustrasi.

Fixed Mobile Convergence Dinilai Berdampak Positif Bagi Operator Telekomunikasi

Cahyandaru Kuncorojati • 28 Februari 2023 10:45
Jakarta: Beberapa waktu lalu beredar kabar bahwa Telkomsel dan Indihome dalam proses merger untuk menyatukan layanan mobile broadband dan fixed broadband. Hal yang sama juga dilakukan oleh XL Axiata setelah mengakuisisi saham LinkNet (First Media).
 
Strategi ini disebut sebagai Fixed Mobile Convergence yaitu dengan cara mengkonsolidasikan entitas bisnis dalam satu unit usaha. Sejumlah pengamat menilai bahwa strategi akan berdampak positif bagi operator telekomunikasi.
 
“FMC itu kan integrasi mulai dari entitas bisnis, jaringan, service, hingga masuk ke pasar. Di Indonesia saya lihat mulai dari entitas bisnis dulu dimana XL sudah kuasai saham LinkNet, Telkomsel dan Telkom (IndiHome) tengah dalam diskusi juga (konsolidasi),” kata Direktur Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi dalam sebuah sesi diskusi.

“Ini bisa lebih cepat dilakukan karena kalau bicara teknis seperti jaringan, service, dan lainnya itu akan lebih rumit,” ujarnya. Menurutnya, jika operator serius menuju kondisi FMC yang ideal dimana akan terjadi one network, one service, one bill yang diakses ke pelanggan, maka potensi besar bisa dinikmati operator.
 
Heru berkaca dari kondisi saat pandemi Covid-19, pelanggan butuh bandwidth yang besar dan stabil. Kini di masa new normal kebutuhan tersebut tetap ada. Apabila kombinasi 5G dan fixed broadband berhasil diwujudkan, Heru menilai ini menyediakan peluang bisnis baru bagi operator.
 
Analis BRI Danareksa Niko Margaronis mengakui integrasi entitas bisnis akan bisa mendorong pendapatan baru bagi perusahaan yang melakukannya. Dia menyebutkan bawah di Indonesia ada 45 juta rumah tangga yang punya TV dan itu jadi peluang besar. 
 
Di sisi lain, pasar untuk operator telekomunikasi ada 20 juta rumah tangga, yang mana 10 juta di antaranya sudah berlangganan fixed broadband seperti LinkNet, First Media, Indihome, MyRepublic. 
 
Menurutnya, dalam 15-20 tahun sepanjang operator telekomunikasi di Indonesia masuk ke layanan 2G, 3G, 4G (seluler), ternyata profitabilitasnya masih lemah, kecuali Telkom (Telkomsel). 
 
Hal ini menandakan bahwa operator perlu terobosan untuk meningkatkan layanan dan profitabilitasnya, salah satu strategi yang bisa dipilih adalah menggabungkan layanan seluler (mobile) dan fixed broadband.
 
“Selama layanan 2G, 3G, 4G operator investasi terus tapi Average Revenue Per User (ARPU) gitu-gitu aja, untuk Telkom dan Telkomsel mungkin Rp40.000-Rp45.000 tapi yang lain effort-nya beda,” kata Niko.
 
“Jika Telkomsel-Indihome bisa digabungkan, akan menuju digitalisasi service dan consumer oriented. Telkom akan jadi holding company lama-lama, integrasi ini akan jadi co-center untuk unlock value, dan mendorong lagi revenue,” ungkap Niko.
 
“Menurut saya langkah ke depan Telkom fokus ke konsumer mobile dan fixed mau gak mau harus gabung. Karena kalau enggak dilakukan Telkom ya operator lain akan lakukan,” katanya.
 
Praktisi Digital Guntur S Siboro menambahkan, keuntungan Telkom mengintegrasikan Telkomsel-Indihome adalah network integration. 
 
“Jadi jaringan keduanya akan dikelola satu perusahaan. Memang secara teknis, integrasi ini tidak mudah karena baik jaringan Telkomsel dan Indihome sama-sama sudah mature,” tandasnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan