Ilustrasi: Mckinsey and Company
Ilustrasi: Mckinsey and Company

Bukan Kiamat Karier, Selamat Datang di Era Kerja Manusia + Agen

Mohamad Mamduh • 22 Desember 2025 09:29
Jakarta: Narasi tentang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sering kali terjebak dalam ketakutan akan penggantian manusia oleh mesin. Namun, laporan terbaru dari McKinsey & Company melukiskan gambaran yang lebih nuansa dan kompleks: masa depan industri perangkat lunak bukanlah tentang eliminasi total, melainkan tentang kolaborasi radikal dalam format "manusia + agen" (human + agent).
 
Laporan yang dirilis Oktober 2025 tersebut mengungkapkan bahwa adopsi AI generatif dan agen otonom diperkirakan akan memberikan dampak bersih sebesar 20 hingga 30% terhadap komposisi tenaga kerja di sektor perangkat lunak. Perubahan ini memaksa perusahaan untuk mendesain ulang struktur organisasi mereka secara mendasar, menciptakan model kerja hibrida di mana batasan antara rekan kerja manusia dan digital semakin kabur.
 
Salah satu temuan paling menarik adalah munculnya struktur manajemen baru. Sebuah perusahaan perangkat lunak B2B terkemuka dilaporkan telah mulai mengintegrasikan agen AI secara formal ke dalam bagan organisasi mereka. Dalam model ini, seorang manajer tidak hanya memimpin staf manusia, tetapi juga memiliki "bawahan" berupa agen AI yang melapor kepada mereka.

Hal ini mengubah definisi kepemimpinan. Manajer kini harus memiliki kefasihan AI (AI fluency) untuk mengawasi kinerja agen, melakukan intervensi saat diperlukan, dan memastikan kolaborasi yang mulus antara anggota tim manusia dan digital.
 
Transformasi ini tidak dapat disangkal akan memakan korban pada peran-peran tertentu. Laporan tersebut mencatat bahwa peran seperti manajer pembaruan (renewal managers), teknisi pendukung (support engineers), dan perwakilan pengembangan penjualan (sales development representatives/SDR) adalah yang paling rentan digantikan oleh agen otonom. Otomatisasi pada fungsi-fungsi ini memungkinkan perusahaan untuk meredistribusi talenta ke area yang lebih strategis.
 
Di sisi lain, peran-peran baru yang belum pernah ada sebelumnya mulai bermunculan. Posisi seperti prompt engineers, pelatih agen (agent coaches), dan pemimpin keamanan Gen AI (Gen AI safety leads) kini menjadi esensial untuk mengoperasikan dan mengukur sistem agen. Karena talenta untuk peran-peran spesifik ini masih sangat langka, perusahaan semakin bergantung pada upskilling internal untuk mengisi kekosongan tersebut.
 
Bagi pekerja profesional seperti insinyur perangkat lunak, manajer akun, dan pemasar digital, pekerjaan mereka tidak akan hilang, tetapi akan berubah drastis. Mereka dituntut untuk menguasai keterampilan baru seperti desain prompt dan interaksi agen.
 
Namun, tantangan terbesar mungkin dihadapi oleh tenaga kerja tingkat pemula dan menengah. Laporan ini menyoroti bahwa peran junior dan menengah cenderung menyusut seiring dengan diambil alihnya tugas-tugas rutin oleh otomatisasi. Organisasi bergerak menuju model yang lebih ramping dan datar, di mana talenta berpengalaman lebih difokuskan pada pemecahan masalah yang kompleks, kreatif, dan strategis.
 
Pada akhirnya, revolusi AI ini menuntut penemuan kembali model pembelajaran korporat. Perusahaan harus segera membangun jalur pelatihan khusus AI untuk memastikan tenaga kerja mereka siap menghadapi realitas baru di mana "rekan kerja" di sebelah mereka mungkin hanyalah barisan kode yang sangat cerdas.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan