(tengah) Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Prof. Hammam Riza.
(tengah) Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Prof. Hammam Riza.

World AI Show 2025 Jakarta

KORIKA: Kedaulatan AI Jadi Kunci Capai Visi Indonesia Emas 2045

Cahyandaru Kuncorojati • 08 Juli 2025 14:19
Jakarta: Dalam salah satu sesi diskusi panel paling ditunggu di World AI Show 2025 Jakarta, Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Prof. Hammam Riza, menyampaikan visi ambisius sekaligus menantang bagi Indonesia. 
 
Dia menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah akselerator utama untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, namun dengan satu syarat mutlak yaitu kedaulatan AI nasional.
 
Prof. Hammam membuka diskusi dengan pertanyaan fundamental mengenai apakah AI benar-benar dapat mentransformasi ekonomi Indonesia untuk menjadi salah satu dari lima kekuatan ekonomi dunia pada 2045. 

“Tapi jika kita bertindak dengan segera (urgensi), jika kita bertindak dalam kesatuan, dan jika kita bertindak dengan bijaksana,” ujar Prof. Hammam. 
 
Menurutnya, metode konvensional tidak akan cukup untuk mendorong pertumbuhan produk domestik bruto yang dibutuhkan. AI harus menjadi pendorong utama yang mengubah ekonomi Indonesia dari berbasis efisiensi menjadi berbasis inovasi.
 
Pesan utama yang digaris bawahi oleh Prof. Hammam adalah pergeseran paradigma. Indonesia tidak boleh berhenti hanya sebagai pasar atau pengguna teknologi AI. “Kita tidak akan berhenti sebagai pengguna AI, tetapi kita akan menjadi pengembang aktif AI,” tegasnya.
 
Konsep "kedaulatan AI" ini menjadi inti dari strateginya. Ini berarti industri dan perusahaan di Indonesia harus mengadopsi AI dengan kedaulatan dalam pikiran. \
 
KORIKA: Kedaulatan AI Jadi Kunci Capai Visi Indonesia Emas 2045
 
“Itu juga berarti Anda akan mampu mengelola data Anda, tata kelola, Anda perlu mengelola keamanan nasional Anda, dan Anda perlu memberdayakan talenta lokal untuk melakukannya,” jelas Prof. Hammam. 
 
Kedaulatan ini penting agar Indonesia dapat kompetitif dengan negara lain dalam pengembangan AI, bukan sekadar menjadi target pasar yang besar.
 
Meskipun optimis, Prof. Hammam, yang juga merupakan bagian dari gugus tugas penyusun Strategi Nasional AI pertama pada 2020, memaparkan empat tantangan utama yang masih relevan hingga kini. Keempat tantangan tersebut adalah kesenjangan talenta (talent gap), infrastruktur dan akses, keamanan dan privasi data, serta regulasi dan etika.
 
Dari keempatnya, kesenjangan talenta menjadi sorotan utama. “Kita menargetkan 9 juta talenta pada 2030, sementara saat ini kita memiliki kurang dari 200.000,” ungkapnya, menyoroti skala tantangan yang dihadapi.
 
Untuk mengatasi tantangan ini, KORIKA berperan sebagai orkestrator ekosistem AI di Indonesia. Upaya konkret yang dilakukan antara lain adalah mendirikan AI Center of Excellence, mengembangkan AI Makers Lab, serta mendorong inovasi dan riset. 
 
KORIKA juga tengah merumuskan "Peta Jalan AI Nasional 2030" yang baru untuk mengarahkan kolaborasi multi-pihak yang mencakup akademisi, industri, pemerintah, hingga media.
 
Diskusi yang dipaparkan Prof. Hammam Riza menjadi seruan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk tidak hanya mengadopsi, tetapi juga berinovasi dan membangun kapabilitas AI dari dalam negeri. Jalan menuju Indonesia Emas 2045, menurutnya, harus dipupuk dengan benih-benih kedaulatan teknologi.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan