Hal serupa juga dialami oleh BlackBerry, yang juga sempat mencicipi posisi teratas dan disebut sebagai smartphone pertama di pasar ponsel Indonesia, sebelum lengser dengan waktu kepemimpinan tergolong lebih singkat jika dibandingkan dengan Nokia.
Kembalinya dua nama besar tersebut di pasar ponsel Indonesia menarik perhatian sejumlah pihak, salah satunya adalah International Data Corporation (IDC). IDC Indonesia menyebut pasar Indonesia yang telah mengalami perubahan sejak keduanya lengser dari tahta masing-masing akan menyuguhkan tantangan tersendiri.
"Nokia dan BlackBerry memang memiliki spesifikasi mumpuni, namun mereka ditempatkan pada rentang harga yang sudah dipenuhi oleh vendor-vendor asal China. Vendor tersebut telah sukses bukan hanya dalam penentuan harga tapi juga dengan fitur populer seperti kamera selfie di atas rata-rata," ujar Associate Market Analyst Mobile Phone IDC Indonesia, Risky Febrian.
Fitur populer yang dihadirkan kamera ponsel buatan produsen Tiongkok tersebut yang dinilai IDC Indonesia akan menjadi tantangan bagi Nokia dan BlackBerry. BlackBerry yang sempat unggul berkat dukungan keyboard QWERTY dan BlackBerry Messenger (BBM) sebagai nilai jual utamanya kini dinilai harus lebih sigap menghadapi pasar sebab BBM kini sudah dapat dioperasikan di berbagai ponsel Android.
Selain fitur dan spesifikasi, IDC Indonesia juga menilai regulasi TKDN yang mengharuskan seluruh ponsel 4G memiliki tingkat kandungan lokal sebesar 30 persen pada 2017 menjadi tantangan lain yang harus dihadapi oleh keduanya. Regulasi ini dinilai akan mempengaruhi waktu kehadiran ponsel Nokia, yang hingga saat ini belum dapat dipastikan terkait pemenuhan persyaratan yang akan berlangsung lama ini.
IDC Indonesia juga menyebut, Nokia dan BlackBerry harus memusatkan fokus pada strategi pemasaran di Indonesia. Seperti dengan gencar memanfaatkan aktivitas kampanye below the line dan above the line yang dinilai telah terbukti mampu mendorong penjualan di Indonesia.
Sementara itu, kehadiran kembali ponsel legendaris Nokia 3310 dalam versi terbaru dinilai IDC Indonesia cukup mampu membantu untuk meraih perhatian konsumen, dan menjadi awal yang baik bagi Nokia untuk kembali ke pasar ponsel Indonesia. Meskipun demikian, Nokia juga harus menghadirkan inovasi lain guna tetap bertahap di pasar dalam jangka waktu lebih lama.
Pada tahun 2016, IDC Indonesia mencatat Nokia yang dimiliki oleh Microsoft meraih pangsa pasar sebesar 24,9 persen di pasar ponsel feature Indonesia. Sementara itu, IDC Indonesia memperkirakan Indonesia akan kebanjiran ponsel mobile sebanyak 49 juta unit pada tahun 2017.
Dari total jumlah prediksi tersebut, unit ponsel mobile akan didominasi oleh smartphone sebesar 32 juta unit, dan ponsel feature sebanyak 17 juta unit. Selain itu, pangsa sistem operasi masih di dominasi oleh Android sebesar 99 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News