Dari 2,5 juta macam produk yang dijual, hanya sekitar 50 sampai 100 ribu produk yang berasal dari produsen lokal. Selebihnya merupakan produk luar negeri.
"Dari 2,5 juta (produk), produsen lokal itu hanya 50-100 ribu. Masih kecil," kata Kusumo di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat, 2 Februari 2018.
Kusumo menyebutkan, ada beberapa permasalahan yang membuat produk usaha kecil mikro (UKM) sulit dipasarkan. Pertama, UKM terkendala permodalan dan bahan baku. Butuh permodalan yang cukup besar untuk menjaga konsistensi produk jika terjual dalam jumlah yang besar.
"Karena mereka (UKM) dari rumah. Kalau 100 persenan masih oke, kalau sudah 1.000 ini yang sulit. Mau nambah karyawan itu bingung bayarnya," ungkap dia.
Lalu kedua, permasalahan yang dihadapi UKM adalah mengenai pengemasan barang (packaging). UKM sering kali menilai pengemasan bukan menjadi hal utama. Bahkan, terkadang dinilai buang-uang ongkos. Padahal hal tersebut menjadi daya tarik utama.
"Banyak mindset dari UKM kalau packaging itu hanya cost. Kalau lihat di bandara dan di mall itu keliatannya bagus, tapi belum tentu barangnya enak. Itu bagaimana stakeholder memberi pengertian bahwa packaging itu sesuatu yang menarik," jelas dia.
Untuk meningkatkan produk dalam negeri atau UKM dalam lamannya, Kusumo melanjutkan, Blibli.com sudah melakukan rekrutmen ke daerah-daerah dan membuat perlombaan agar produsen lokal berkompetisi.
"Jadi kami banyak sekali melakukan rekrutmen, banyak ke daerah untuk mengajarkan bagaimana UKM bisa online. Kami sampai membuat perlombaan, dan mengajak produsen lokal agar bisa berkompetisi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News