Perusahaan teknologi berbasis di Taiwan ini dilaporkan menjadi korban serangan ransomware dari kelompok yang diidentifikasi sebagai REvil dan kabarnya sudah mengajukan uang tebusan apabila ingin ransomware tersebut dicabut.
Dikutip dari Bleeping Computer, Acer diminta tebusan USD50 juta atau senilai Rp712 miliar. Kelompok REvil mengklaim serangan ransomware tersebut dengan merilis sejumlah foto dan dokumen finansial yang disimpan oleh Acer ke internet.
Pihak Acer sendiri dilaporkan belum memberikan jawaban yang jelas atas kasus ini. Mereka diklaim Bleeping Computer hanya menyatakan mengalami kondisi abnormal.
"Acer secara rutin memantau sistem IT dan hampir semua serangan siber berhasil ditangkal. Perusahaan seperti kami kerap menerima serangan dan kami sudah melaporkan situasi abnormal terkini kepada pihak hukum yang berwenang dan perlindungan data di berbagai negara," tulis pihak Acer.
"Kami terus meningkatkan infrastruktur keamanan siber untuk melindungi kelangsungan bisnis dan integritas keamanan informasi. Kami megakal semua perusahaan dan organisasi menerapkan praktik dan prinsip keamanan siber dan berhati-hari terhadap aktivitas jaringan yang tidak normal," tulis Acer.
Investigasi yang dilakukan Bleeping Computer berhasil mendapatkan percakapan antara pelaku ransomware dengan Acer. Kelompok REvil mengaku memberikan potongan harga apabila pembayaran tebusan dilakukan hingga batas waktu hari Rabu.
CEO sekaligus ahli keamanan siber Advance Intel, Vitali Kremez yang dihubungi menemukan bahwa serangan ransomware kepada Acer memanfaatkan celah keamanan di server Microsoft Exchange yang perusahaan tersebut gunakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News