Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia
Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia

TENS, Cara Praktis Atasi Nyeri Sendi di Tengah Pandemi Gelombang Ketiga

Mohammad Mamduh • 16 Maret 2022 09:24
Jakarta: Nyeri sendi dapat terjadi pada siapa saja, dari kaum muda yang masih produktif hingga lanjut usia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mengungkapkan rentang usia termuda yang mengalami penyakit sendi adalah 15-24 tahun dengan prevalensi sebesar 1,2 persen.
 
Angka prevalensi bertambah seiring peningkatan rentang usia yaitu 3,1 persen pada rentang usia 24-35 tahun, dan 6,3 persen pada rentang usia 35-44 tahun. Prevalensi nyeri sendi di rentang usia 75 tahun ke atas tercatat sebesar 18,9 persen.
 
Nyeri sendi pada usia muda biasanya disebabkan oleh radang sendi atau artritis. Peradangan yang terjadi pada satu atau beberapa sendi biasanya menyebabkan kekakuan, rasa sakit, dan berkurangnya fleksibilitas pada sendi.
 
Ada dua macam artritis yang biasanya menyerang usia muda, yaitu osteoarthritis (OA) dan rheumatoid arthritis (RA). Osteoarthritis pada usia muda kemungkinan besar disebabkan cidera atletik atau obesitas, yang dapat berdampak pada sendi penahan beban seperti pergelangan kaki, pinggul, dan lutut.
 
Sementara rheumatoid arthritis merupakan penyakit reumatik autoimun yang paling sering dijumpai dan dapat menimbulkan kerusakan sendi permanen, disabilitas dan bahkan kematian dini. Penyebab rheumatoid arthritis biasanya karena faktor genetik, faktor lingkungan seperti infeksi, serta gaya hidup seperti merokok.
 
Aktivitas fisik berlebih, obesitas, atau bahkan kurang gerak juga dapat menyebabkan nyeri sendi. Rasa nyeri yang dirasakan tentunya dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan bisa menurunkan produktivitas.
 
Nyeri sendi dapat muncul kapan saja, termasuk saat pandemi yang saat ini tengah memasuki gelombang peningkatan kasus positif. Hal ini bisa jadi merupakan efek lanjutan infeksi yang berdampak pada kesembuhan total pasien.
 
Penanganan nyeri sendi dengan minum obat mungkin paling praktis ketika semua orang dituntut untuk membatasi interaksi dengan orang lain dan melakukan social distancing.
 
Yang menjadi persoalan, selama pandemi orang-orang sudah mengkonsumsi multivitamin, immune booster, bahkan ramuan herbal yang dianggap bisa meningkatkan imunitas terhadap Covid. Dengan bertambahnya obat-obatan, maka organ tubuh, terutama ginjal, akan dipaksa untuk bekerja lebih keras.
 
Sementara pengobatan fisioterapi lebih berisiko di masa pandemi terutama karena perawatannya membutuhkan kontak fisik dari seorang fisioterapis dengan pasiennya. Social distancing jelas dilanggar dan peluang terjadinya penularan virus Covid-19 tentu sangat tinggi.
 
Tak heran bila solusi praktis, nyaman dan aman tanpa efek samping terhadap tubuh merupakan pilihan ideal selama pandemi.

Stimulasi saraf listrik transkutan atau Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah metode terapi non-invasif bebas obat yang dirancang untuk mengurangi dan meredakan nyeri otot atau sendi, yang diimplementasikan dalam bentuk alat pijat syaraf mandiri.
 
Alat pijat syaraf mandiri yang menerapkan metode TENS menghadirkan kualitas terapi pijat seperti di fisioterapi.
 
Dengan TENS, penderita nyeri sendi dapat mengatasi rasa nyeri secara mandiri di rumah masing-masing, sehingga tidak ada risiko penularan Covid-19. Alat pijat yang menerapkan metode TENS ini juga praktis dibawa bepergian, sehingga terapi bisa dilakukan dimana pun dan kapan pun.
 
Metode TENS dapat mengurangi dan meredakan nyeri otot atau sendi dengan menerapkan rangsangan saraf listrik ke permukaan kulit dekat lokasi nyeri.
 
Alat pijat mandiri ini dapat bekerja dalam beberapa cara, termasuk memblokir pesan rasa sakit agar tidak mencapai otak, memicu tubuh untuk menghasilkan lebih banyak endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit alami atau meningkatkan sirkulasi darah. 
 
TENS memanfaatkan impuls elektronik yang dapat mengurangi sinyal rasa sakit ke sumsum tulang belakang dan otak, untuk mengurangi rasa sakit dan melemaskan otot. Jika digunakan dengan frekuensi tinggi, alat ini efektif untuk mengobati nyeri akut dan pada frekuensi rendah efektif untuk mengobati sakit kronis, kekakuan, dan mati rasa.
 
Terapi ini cocok bagi orang dewasa yang menderita nyeri sendi atau otot, namun tidak boleh digunakan oleh anak-anak, wanita hamil, atau mereka yang memiliki perangkat logam atau elektronik implan.
 
Yang perlu diingat, TENS tidak menggantikan peran dokter. Alat ini berfungsi mengatasi rasa nyeri, tapi tidak menghilangkan penyebabnya. Oleh karena itu, tetap berkonsultasi dengan dokter jika rasa sakit nyeri sendi terus dirasakan. Pemanfaatan layanan telemedicine juga merupakan solusi tepat agar tetap sehat dan aman di tengah pandemi gelombang ketiga ini.
 
(Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan