Dalam sesi tanya jawab di ajang Data Center World 2025 di Singapura, perusahaan mengungkapkan strategi agresifnya yang mencakup akuisisi strategis, ekspansi manufaktur global, dan pengembangan teknologi pendingin generasi berikutnya.
Para eksekutif menyoroti bahwa lonjakan kebutuhan daya di pusat data tidak hanya didorong oleh AI, tetapi juga oleh "intensifikasi" beban kerja di berbagai sektor kritis seperti pasar keuangan dan medis.
Hal ini menyebabkan rak server yang sebelumnya beroperasi pada 10 atau 15 kilowatt kini melonjak hingga 40 atau 50 kilowatt. "Ini bukan hanya AI, tapi juga intensifikasi," ujar Andrew Whitmore, Vice President of Sales di Motivair by Schneider Electric. Ia menekankan bahwa perusahaan lain kini merasa perlu meningkatkan infrastruktur komputasi mereka karena tuntutan bisnis.
Sebagai jawaban atas tantangan ini, Schneider Electric secara resmi mengintegrasikan Motivair mulai 3 Maret 2025. Langkah ini memperkuat portofolio solusi pendingin cair perusahaan, sebuah teknologi krusial untuk mengelola panas yang dihasilkan oleh prosesor berdensitas tinggi.
Untuk mendukung permintaan yang terus meningkat, Schneider Electric juga menyinggung rencana ekspansi manufaktur. Perusahaan tengah mempersiapkan fasilitas produksi baru di Conselve, Italia, seluas lebih dari 200.000 m² untuk melayani pasar Eropa dan Timur Tengah.
Menyusul langkah tersebut, fasilitas baru juga akan didirikan di Bangalore, India, untuk memproduksi unit bagi pasar Asia Tenggara. Ekspansi ini melengkapi jejak manufaktur global yang sudah kuat, termasuk di India, Indonesia, dan China.
Mengenai masa depan teknologi pendingin, Schneider Electric menegaskan bahwa solusinya bukanlah menyingkirkan teknologi lama, melainkan mengadopsi "pendekatan hybrid". Pendingin udara (air cooling) dipastikan akan tetap penting, terutama untuk infrastruktur pusat data yang sudah ada dan untuk beban kerja dengan densitas lebih rendah seperti rak penyimpanan.
Namun, untuk beban kerja AI yang ditenagai oleh GPU canggih, masa depan terletak pada pendingin cair. Selama lima tahun ke depan, fokus utama adalah pada teknologi direct-to-chip single-phase yang dikembangkan bersama raksasa silikon seperti AMD dan NVIDIA.
Meskipun teknologi pendingin lain seperti two-phase dan immersion ada, kemampuannya saat ini dinilai belum setara dengan direct-to-chip untuk menangani kapasitas GPU per prosesor yang terus meningkat.
Perusahaan menyadari bahwa sekitar 40% dari desain pusat data yang ada masih bersifat tradisional dan menggunakan pendingin udara. Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana mengembangkan infrastruktur baru yang lebih efisien sambil tetap mendukung operasional yang ada.
Dengan inovasi yang terus berjalan pada efisiensi model AI, masa depan kebutuhan daya mungkin akan lebih dinamis dan tidak semua perusahaan akan memerlukan kapasitas hingga 1MW per rak. Schneider Electric memposisikan diri untuk menyediakan solusi yang fleksibel dan skalabel bagi era komputasi intensif ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id