Berbicara di sesi diskusi panel berjudul Securing Smart Citites dalam ajang Singapore International Cyber Week (SICW) 2025, ia menguraikan tantangan unik dalam membangun kepercayaan pada sistem yang berinteraksi langsung dengan dunia fisik. Ia menegaskan bahwa sebelum industri dapat melangkah lebih jauh, industri harus kembali ke dasar-dasar keamanan yang fundamental.
Dalam presentasinya Mark menganalogikan situasi saat ini seperti berada di "tepi hutan yang menakutkan", merujuk pada film The Wizard of Oz. Industri ingin bergerak maju dengan teknologi canggih, namun diliputi pertanyaan tentang keamanan.
"Bagaimana kita membuktikan teknologi baru ini aman?" tanyanya. Ia mencontohkan, jika seseorang menciptakan perangkat teleportasi, tidak ada standar atau pakar yang bisa dirujuk untuk memverifikasi keamanannya.
Meskipun standar untuk otomotif sudah matang, dan AMR serta humanoid memiliki standar keselamatan dasar, Mark menegaskan bahwa fondasi harus diambil dari dunia OT. Standar OT seperti ISO 62443 relevan karena sistem OT—seperti robot pabrik, katup, dan sakelar—memiliki banyak kesamaan dengan teknologi otonom baru.
"Mereka adalah sistem otonom. Mereka deterministik dan tangguh. Mereka memiliki input-output, elemen keselamatan fisik yang kritis," jelas Mark. Kuncinya, sistem ini beroperasi dan berinteraksi langsung dengan dunia fisik kita.
Namun, AMR dan humanoid membawa tiga tantangan besar yang tidak ada di OT tradisional. Pertama, pengumpulan data pribadi. Tidak seperti sistem industri, robot humanoid akan mengumpulkan data pribadi, psikologis, dan medis pengguna secara terus-menerus ke cloud.
Kedua, mereka akan beroperasi di ruang pribadi kita, seperti merawat orang tua atau membantu individu dengan penyakit. "Kita tidak ingin serangan DDoS terjadi ketika mereka mencoba untuk menjaga kita," tegasnya.
Ketiga, adalah optimasi real-time yang konstan melalui AI. Sistem ini akan selalu terhubung dengan data real-time, menciptakan vektor serangan baru yang terus-menerus.
Sebagai penutup, Mark memberikan daftar periksa praktis bagi perusahaan yang mengembangkan teknologi ini. Pertama, program keamanan siber harus didukung penuh oleh jajaran pimpinan (C-suite) dan dibangun sejak hari pertama, bukan ditambahkan belakangan.
Kedua, perusahaan harus menguji kode mereka secara terbuka. Ketiga, mereka harus memiliki program Trusted AI (AI yang Tepercaya). Terakhir, mereka wajib mengelola keamanan rantai pasokan mereka secara ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id