Meskipun demikan, Rudiantara juga menyebut kehadiran perangkat yang mengusung jaringan 2.5G ini di Indonesia tidak akan bertahan lama. Hal ini sebab pemerintah tengah menggalakkan pemerataan jaringan 4G di seluruh Indonesia.
“Itu kan 2.5G. Bisa masuk ke Indonesia, tapi waktunya paling cuma sebentar. Karena kan biaya mengirim data menggunakan jaringan 2G itu 10 kali lebih mahal ketimbang menggunakan 4G. Akibatnya, mahal juga untuk masyarakat,” ujarnya saat ditemui oleh media.
Selain itu, singkatnya masa hidup Nokia 3310 versi terbaru di Indonesia menurut Rudiantara juga didorong oleh sifat masyarakat Indonesia yang gemar berganti ponsel setidaknya satu tahun sekali, terlebih saat ponsel terbaru menyambangi pasar Indonesia.
Persiapan Palapa Ring yang tengah digenjot pemerintah Indonesia dan diprediksi akan selesai di tahun 2020 menjadi faktor pendorong lain singkatnya masa hidup ponsel Nokia tersebut di pasar Indonesia. Rudiantara juga menyebut Nokia perlu mengedukasi pasar Indonesia jika ponsel tersebut benar masuk ke pasar Indonesia.
Edukasi tersebut ditujukan agar masyarakat tidak terbeban dengan biaya yang perlu mereka keluarkan. Saat ini, ungkap Rudiantara, masyarakat yang masih memanfaatkan jaringan 2G masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 30 persen dari 170 juta pengguna ponsel di seluruh Indonesia.
Gencarnya pemerintah dalam mendorong pemertaan jaringan 4G di Indonesia sebagai upaya untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang tersedia saat ini, yang lebih canggih dan lebih efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News