Jolla Phone juga menjadi wujud komitmen kuat Jolla terhadap privasi dan kontrol penuh atas data. Sebagai informasi, Jolla Phone berjalan menggunakan Sailfish OS 5, sistem operasi berbasis Linux yang diklaim sebagai salah satu dari sedikit OS seluler alternatif selain Android dan iOS saat ini.
Karena berbasis Linux, Sailfish OS dibangun tanpa integrasi layanan Google secara bawaan dan tanpa pelacakan data tersembunyi, sehingga privasi penggunanya menjadi prioritas utama. Meski demikian, Jolla tetap mempertimbangkan kemudahan bagi pengguna.
Melalui komponen kompatibilitas bernama AppSupport, banyak aplikasi Android tetap bisa dijalankan di Jolla Phone. Artinya, pengguna tidak harus sepenuhnya kehilangan akses ke layanan populer Android, namun tetap dalam lingkungan lebih privat.
Keunggulan paling menonjol dari Jolla Phone adalah fokus pada privasi. Ponsel ini dilengkapi dengan tombol fisik khusus atau privacy switch, memungkinkan pengguna mematikan fungsi kamera, mikrofon, Bluetooth, atau sensor lainnya secara instan.
Sistem operasi Sailfish OS ini juga dirancang tanpa pelacakan latar belakang atau pengumpulan data pengguna secara default, berbeda dengan praktik umum pada Android maupun iOS. Dengan demikian, pengguna memiliki ruang privasi lebih besar dan potensi penyalahgunaan data diminimalkan secara signifikan.
Kendati bukan smartphone flagship dengan spesifikasi kelas atas, Jolla Phone menawarkan konfigurasi cukup kompetitif bagi kebutuhan harian, termasuk layar AMOLED 6,36 inci Full HD+, RAM 12GB, dan penyimpanan internal 256GB yang bisa diperluas hingga 2TB via microSD.
Sementara itu, sistem kamera belakangnya terdiri dari kamera utama 50MP dan lensa ultrawide 13MP diklaim cukup untuk pengguna kasual dan kebutuhan dokumentasi biasa. Untuk baterai, Jolla memilih menggunakan baterai dapat dilepas pasang atau removable berkapasitas 5.500 mAh.
Sebagai pengingat, fitur baterai itu kini kian langka ditemukan di smartphone modern, dan memungkinkan pengguna mengganti sendiri baterai bila perlu. Di sisi konektivitas, Jolla Phone mendukung jaringan 5G, dual-SIM, serta konektivitas umum termasuk Wi-Fi dan NFC.
Ponsel ini juga mendukung opsi untuk mengganti penutup belakang dengan varian warna berbeda, memberi fleksibilitas dalam tampilan fisik. Sementara itu, Jolla menerapkan konsep pre-order untuk perangkat ini,artinya produksi massal hanya akan dilakukan apabila pesanan mencapai ambang tertentu.
Jolla menetapkan 2.000 unit sebelum 4 Januari 2026 sebagai target awal, dan hingga saat ini, Jolla Phone telah dipesan lebih dari 1.200 unit. Hal ini menandakan minat cukup tinggi dari calon pengguna yang mendambakan smartphone privat.
Untuk pre-order, konsumen cukup membayar deposit sekitar EUR99 (Rp2 juta). Bila target tercapai, estimasi harga akhir diperkirakan sekitar EUR499 (Rp9,7 juta). Namun jika kampanye gagal, konsumen akan mendapatkan pengembalian dana penuh.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa Jolla tidak akan menjual secara massal produknya terlebih dulu, melainkan berdasarkan basis komunitas dan minat nyata. Menurut sejumlah pengamat, Jolla Phone cocok untuk pengguna yang paling mengutamakan privasi, kebebasan dari data tracking, dan kontrol penuh atas perangkat.
Sebab, Jolla Phone menawarkan alternatif yang jarang ada di pasar smartphone mainstream. Selain itu, Jolla Phone juga sesuai untuk pengguna yang telah lelah dengan pelacakan, iklan, atau ketergantungan pada layanan Google dan ingin mendapatkan solusi jauh lebih bersih.
Di sisi lain, pengguna yang nyaman dengan ekosistem Android/iOS mainstream dan mengandalkan layanan Google secara erat, mungkin menemukan tantangan tersendiri untuk beradaptasi saat menggunakan ponsel cerdas ini. Kompatibilitas aplikasi memang tersedia lewat AppSupport, tapi proses dan pengalaman bisa berbeda.
Kembalinya Jolla dengan Jolla Phone menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk smartphone berbasis Linux dengan nilai privasi tinggi. Dengan Sailfish OS 5, dukungan Android melalui AppSupport, tombol fisik untuk kontrol privasi, serta hardware fleksibel, perangkat ini menjadi pilihan menarik bagi pengguna yang ingin menguasai kembali data dan kontrol atas ponselnya.
Namun, karena mengandalkan pre-order dan jumlah unit terbatas, Jolla Phone lebih cocok bagi pengguna yang bersedia menjadi bagian dari komunitas awal, pelopor yang siap mengambil risiko demi kebebasan digital.
Jika kampanye berhasil dan produksi berjalan, Jolla Phone berpotensi untuk menjadi tonggak penting bagi ekosistem alternatif di dunia smartphone.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News