Mengutip Engadget, keputusan ini diambil LinkedIn atas penilaian bahwa unggahan tidak kekal ini tidak sesuai dengan jejaring sosial miliknya. Atas pertimbangan ROI dan KPI, LinkedIn menyebut bahwa penggunanya menginginkan video permanen, dan bukan video yang dapat menghilang.
Senior Director of Product LinkedIn Liz Li mengungkap bahwa saat mengembangkan Stories, pihaknya berasumsi bahwa pengguna tidak menginginkan video informal tersemat di profil mereka, sebab hal ini dinilai akan mengurangi hambatan yang dirasakan orang untuk mengunggah konten.
Namun ternyata, lanjut Li, pengguna LinkedIn justri ingin menciptakan video yang tersimpan dalam jangka waktu lama, yang menjelaskan riwayat professional mereka dalam cara lebih personal dan menampilkan baik personalitas maupun keahlian.
Karenanya dari fitur tersebut, LinkedIn mempelajari bahwa pengguna menginginkan pengalaman video lebih kaya dan lebih memicu percakapan di platform miliknya. Sebagai informasi, fitur Stories tengah mendulang kesuksesan di ranah media sosial.
Sebab fitur yang diperkenalkan Snapchat dan dipopulerkan oleh Instagram ini mulai diadaptasi oleh sejumlah platform jejaring sosial lain, termasuk Facebook dan yang terbaru adalah YouTube via Shorts.
Sayangnya, kesuksesan ini tidak berlaku di seluruh jejaring sosial sebab Twitter baru-baru ini menutup Fleets, fitur serupa Stories di platform itu, kurang dari sembilan bulan setelah diluncurkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id