Namun, Hak Labuh Satelit tersebut hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup Telkomsat, dan bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Space Exploration Technologies Corp (STARLINK).
Namun, siapakah Starlink? Starlink adalah konstelasi satelit internet yang dioperasikan oleh SpaceX untuk menyediakan sistem komunikasi internet berbasis satelit ke berbagai wilayah yang ada di Bumi.
Kehadiran Starlink pertama kali diumumkan pada bulan Januari 2015, seiring dengan dibukanya fasilitas pengembangan SpaceX di Redmond, Washington, Amerika Serikat. SpaceX meluncurkan satelit sejak 2019, dan hingga saat ini aktif meluncurkan Starlink ke luar angkasa.
Dalam satu peluncuran, SpaceX bisa mengangkut puluhan hingga ratusan satelit Starlink secara massal ke luar angkasa. Satu satelit Starlink ini bisa 227 kg sampai 295 kg, dan jaringan konstelasi Starlink ini berada dalam tiga ketinggian orbit yang berbeda.
Pertama, orbit di ketinggian 550 km di atas permukaan Bumi. Kedua, mengisi orbit setinggi 340 km, serta ketiga di atas ketinggian 1.200 km. SpaceX menawarkan layanan internet satelit di sejumlah negara. Di pasar Amerika Serikat, Starlink menawarkan dua paket layanan yaitu Starlink Premium dan Starlink Standar.
Starlink Premium menawarkan kecepatan internet 150Mbps hingga 500Mbps dengan latensi 20-40 milidetik, serta memiliki antena lebih besar. Kecepatan unggah layanan ini mencapai 20Mbps hingga 40Mbps.
Layanan ini mematok harga routernya sebesar USD2.500 (Rp36,9 juta) dan biaya langganan per bulan sebesar USD500 (Rp7,4 juta). Pelanggan layanan ini juga diharuskan untuk menyetorkan biaya deposit sebesar USD500 (Rp7,4 juta).
Sementara itu, Starlink Standar menawarkan kecepatan unduh sebesar 50Mbps hingga 250Mbps, dengan latensi 20-40 milidetik. Sedangkan kecepatan unggahnya mencapai 10 Mbps hingga 20 Mbps.
Layanan ini mematok harga router sebesar USD499 (Rp7,3 juta) dan biaya berlangganan per bulan sebesar USD99 (Rp1,4 juta). Sebagai informasi, Kominfo turut mengumumkan persyaratan operasional Starlink di Tanah Air.
Kominfo menyebut bahwa layanan satelit Starlink hanya dapat beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Terestrial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah dirampungkan oleh Telkomsat.
Sebagai pemegang eksklusif atas Hak Labuh Satelit Starlink, Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit. Sementara itu, operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh
Kominfo menegaskan bahwa izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.
Sementara itu, kerjasama antara Indonesia dan Amerika Serikat juga mencakup rencana Indonesia untuk memiliki tiga satelit generasi terbaru salah satunya yaitu 150Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) diberi nama SATRIA (Ka- Band).
Dua satelit lainnya yaitu 80Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band) dan 32Gb High Throughput Satellite (HTS) yang dimiliki Telkomsat (C & Ku- band). Ketiga satelit ini di rencanakan akan menggunakan roket peluncur SpaceX - Falcon 9 dan merupakan jenis satelit yg mengorbit di Geostasioner Orbit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News