Uber bukan hanya salah karena tidak melaporkan peretasan itu, tapi juga karena mereka berusaha menutupinya. Mantan CEO Travis Kalanick telah diberitahukan tentang serangan itu satu bulan setelah ia terjadi, tapi serangan itu tidak dipublikasikan.
Faktanya, serangan tersebut ditutupi oleh Chief Security Officer Joe Sullivan dan anak buahnya, memaksa Uber memecat sang eksekutif dan salah satu bawahannya minggu ini.
Uber dikabarkan membayar tebusan pada para hacker USD100 ribu (Rp1,35 miliar) agar mereka menghapus data yang tercuri dan tidak memberitahukan terjadinya serangan itu pada media atau pihak regulator.
"Hal ini seharusnya tidak terjadi, dan saya tidak akan membuat alasan," kata CEO Uber Dara Khosrowshahi, yang menggantikan Kalanick pada September lalu. "Kami akan mengubah cara kami dalam berbisnis."
Uber dikabarkan menolak untuk mengidentifikasi sang penyerang.
Dalam serangan ini, para hacker berhasil mendapatkan nama, alamat email dan nomor ponsel dari lebih dari 50 juta pengguna Uber di dunia. Sementara itu, bagi 7 juta pengendara Uber, selain informasi tersebut, data mereka yang tercuri adalah nomor SIM.
Bloomberg menyebutkan, pada saat penyerangan, Uber tengah berbicara dengan regulator Amerika Serikat terkait masalah pelanggaran privasi lain dan baru saja selesai membahas masalah cara penanganan data konsumen pada Komisi Dagang Federal (FTC).
Semua ini mendorong Sullivan menutupi serangan tersebut demi menghindari masalah baru. Peretasan ini ditemukan setelah dewan direktur Uber mengadakan investigasi pada tim Sullivan bulan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id