Ia menyoroti tantangan umum yang dihadapi organisasi saat ini, yaitu lanskap aplikasi yang sangat terfragmentasi, dan memperkenalkan "Business Suite" sebagai solusi terintegrasi yang memanfaatkan data dan kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong pengambilan keputusan yang lebih baik.
Menurut Stephan, banyak perusahaan saat ini beroperasi dalam model yang ia sebut "gunung es". Lanskap IT mereka terpecah-pecah akibat akuisisi atau pilihan untuk mengadopsi aplikasi yang menawarkan fitur-fitur spesifik.
Kondisi ini menciptakan masalah besar, sekitar 80% waktu dan anggaran perusahaan dihabiskan hanya untuk mengintegrasikan sistem-sistem yang berbeda ini. Hal ini membuat data kehilangan konteks semantiknya saat diekstraksi dan menghambat penerapan AI yang efektif, karena AI membutuhkan data dan konteks proses bisnis yang menyatu.
SAP memiliki konsep Flywheel. Dalam model ini, aplikasi yang menjalankan proses bisnis penting menghasilkan data berkualitas tinggi. Data ini, baik dari sistem SAP maupun non-SAP, menjadi bahan bakar untuk pengembangan AI.
AI tersebut kemudian diintegrasikan kembali ke dalam aplikasi untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan siklus yang terus-menerus memberikan energi bagi bisnis. Tujuannya adalah membalik rasio, sehingga perusahaan dapat menggunakan 80% waktunya untuk menciptakan nilai bagi bisnis.
Untuk mengilustrasikan konsep ini, Stephan mendemonstrasikan skenario end-to-end yang melibatkan sebuah perusahaan manufaktur global fiktif. Perusahaan ini menghadapi masalah serius seperti siklus konversi kas yang meningkat, naiknya tunggakan pesanan, dan kelebihan persediaan. Masalah-masalah ini sulit diatasi karena adanya silo antar departemen dan sistem yang terfragmentasi.
Demonstrasi tersebut menunjukkan kolaborasi lintas fungsi yang difasilitasi oleh asisten digital AI SAP, Joule:
1. CFO (Chief Financial Officer) mengidentifikasi masalah modal kerja dan penurunan kepuasan pelanggan akibat keterlambatan pengiriman.
2. COO (Chief Operating Officer) menemukan adanya ketidakseimbangan pasokan, di mana komponen penting kekurangan stok sementara komponen umum justru berlebih.
3. CPO (Chief Procurement Officer) menggunakan SAP Business Network untuk menemukan pemasok alternatif bagi komponen kritis dan memanfaatkan agen AI untuk menemukan harga yang lebih baik dari negosiasi sebelumnya di email.
4. CHRO (Chief Human Resources Officer) mengidentifikasi kesenjangan keterampilan untuk mengoperasikan armada robot dan langsung membuat lowongan pekerjaan untuk mengatasinya.
5. CRO (Chief Revenue Officer) mendapatkan rekomendasi produk yang paling menguntungkan untuk diproduksi menggunakan kelebihan bahan baku.
Demonstrasi ditutup dengan menunjukkan bahwa semua tindakan yang diambil secara kolektif ini diproyeksikan dapat menurunkan siklus konversi kas secara signifikan dan mengatasi kesenjangan likuiditas. CFO disajikan dengan gambaran finansial yang jelas, termasuk biaya tambahan yang diperlukan, untuk membuat keputusan strategis yang terinformasi.
"Ini adalah tentang meruntuhkan silo dalam organisasi," tutup Stephan, menekankan bahwa penyatuan aplikasi, data, dan AI memungkinkan perusahaan membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News