Puluhan para pengguna PC secara terang-terangan menyatakan dukungannya pada orang yang diduga sebagai penulis manifesto supremasi kulit putih yang menjadi alasan dari penembakan di Selandia Baru.
Kebanyakan pengguna Steam yang mendukung sang terduga teroris menampilkan nama dan gambarnya yang diambil dari saat dia menyiarkan penembakan.
Salah satu akun menggunakan GIF dari serangan di Selandia baru ini sementara beberapa pengguna lain memuji sang terduga teroris atas apa yang dia lakukan atau memanggilnya dengan sebutan "pahlawan" atau "orang suci".
Sebanyak 66 akun menggunakan nama sang pelaku penembakan. Dalam waktu tiga jam, angka itu naik menjadi lebih dari 100, lapor Kotaku.
Seolah itu tidak cukup buruk, selain 100 profil yang menunjukkan dukungan pada pelaku penembakan di Selandia Baru, ada ratusan profil lain yang menunjukkan dukungan pada para pelaku penembakan massal di Charleston, Isla Vista, daen Parkland serta pembunuhan massal di Norwegia pada 2011. Ratusan akun tersebut menggunakan nama dan gambar dari para teroris tersebut.
"Sulit untuk menduga kenapa orang-orang ini melakukan hal itu di internet. Budaya internet biasanya dipenuhi dengan ironi dan satire," kata Alice Marwick, Asisten Dosen Komunikasi di UNC Chapel Hill yang mempelajari konten ekstremis di media sosial.
"Meskipun begitu, banyak juga konten ironi dan satire yang menyembunyikan kebencian yang sesungguhnya... Saya rasa, ketika para pengguna mengambil nama dari para teroris, ya, mereka bisa saja berusaha untuk menampilkan ironi, tapi bahkan jika mereka tidak meniru perlakuan para teroris, mereka meniru apa yang mereka percaya."
Selama bertahun-tahun, grup supremasi kulit putih dan pendukung Nazi berjaya di Steam, lapor Motherboard pada 2017.
Satu tahun kemudian, The Center for Investigative Reporting menemukan b ahwa di Steam, terdapat 173 grup yang mendukung para pelaku penembakan di sekolah, termasuk beberapa grup yang bernama "Pelaku penembakan sekolah adalah pahlawan".
Valve, perusahaan di balik Steam, biasanya tidak berusaha untuk memoderasi konten dari game, profil pengguna, atau grup. Meskipun begitu, pada 2018, Valve diam-diam menghapuskan grup-grup kebencian yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News