Jumlah tersebut lebih tinggi dari keuntungan yang diprediksikan sebelumnya, yaitu sekitar USD1,01 miliar (Rp13,5 triliun). Keuntungan tersebut dilaporkan berasal dari kesepakatan lisensi paten berjangka lama, sebesar sembilan persen, yang ditandatangani oleh Nokia dan Huawei.
Kesepakatan dua perusahaan ini berkontribusi sebesar USD260,4 juta (Rp3,5 miliar), dengan lebih pendapatan lebih banyak dari yang diperkirakan selama kontrak keduanya berlangsung.
Memperoleh hasil yang baik, keuntungan bisnis jaringan Nokia mengalami penurunan sebesar 25 persen dari tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, keuntungan bisnis jaringan Nokia tahun 2017 lalu sebesar USD802,28 juta (Rp10,8 miliar), lebih rendah dari keuntungannya pada tahun 2016 yaitu sebesar USD1.064 miliar (Rp14,2 triliun).
CEO Nokia Rajeev Suri menyebut penurunan profit diperkirakan berlanjut selama tahun 2018, kecuali operator di wilayah Amerika Utara memutuskan menggunakan jaringannya, yang akan memperbaiki situasi ini.
Selain itu, penurunan ini juga diperkirakan dapat menjadi lebih besar lagi karena Nokia memutuskan untuk tidak membeli raksasa jaringan lain yaitu Alcatel-Lucent seharga USD16,6 miliar (Rp22,8 triliun) pada tahun 2016 lalu.
Perlambatan finansial ini disebabkan oleh siklus 4G yang hampir mencapai waktu akhirnya, sedangkan penyedia jaringan internet belum bersiap terkait belanja peralatan 5G. Pesaing Nokia, Huawei dan Ericsson juga merasakan dampak serupa, dengan Ericsson melaporkan difisit finansial pada kuartal konsekutif kelima.
Namun, Suri memprediksi pada tahun 2019 dan 2020, kondisi pasar akan bertumbuh secara signifikan, didorong oleh pengguliran jaringan 5G dalam skala penuh. Suri juga memperkirakan Nokia akan memperoleh keuntungan operasional sebesar 12 persen pada tahun 2020.
Peningkatan keuntungan juga diperkirakan akan berasal dari kesepakatan lisensi dengan Xiaomi dan Apple yang ditandatangai Nokia pada tahun 2017. Selama tahun lalu, keuntungan bersih Nokia dilaporkan sebesar USD19,84 juta (Rp266,3 miliar).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News