Ilustrasi.
Ilustrasi.

Kredivo Bidik Peluang Pasar Kartu Kredit Digital

Ellavie Ichlasa Amalia • 26 Januari 2018 08:08
Jakarta: Indonesia memiliki lebih dari 250 juta penduduk. Namun, menurut data AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia), jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia hanya mencapai 17 juta.
 
Menurut Co-founder dan CEO FinAccel, perusahaan di balik Kredivo, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki masalah berupa sulitnya seseorang meminjam uang. 
 
Ketika berkunjung ke kantor Media Group, pria yang akrab dengan panggilan Akshay ini menyebutkan bahwa banyak masyarakat kelas menengah di Indonesia yang kesulitan untuk mencari pinjaman dari bank.

Hal ini mendorong mereka untuk mencari pinjaman dari perusahaan multi-finance, yang menawarkan pinjaman dengan bunga yang lebih tinggi. Masalah itulah yang Akshay coba pecahkan dengan Kredivo. 
 
"Kami berusaha meminjamkan uang pada siapapun yang memiliki smartphone," kata Akshay. "Berikan kami akses pada data digital Anda dan kami akan menentukan apakah Anda pantas untuk mendapatkan dana pinjaman dalam hitungan menit."
 
Akshay menyebutkan, Kredivo dapat meminjamkan dana hingga Rp20 juta. Sebelum memberikan pinjaman, pengguna akan diminta untuk menghubungkan akun Facebook dan situs e-commerce atau rekening bank miliknya ke Kredivo.
 
Akshay meyakinkan, data yang Kredivo dapatkan dari Facebook adalah data publik atau data yang memang bisa dilihat oleh semua orang, seperti foto profil dan lokasi. 
 
Dari data tersebut, Kredivo akan menentukan apakah seseorang pantas untuk mendapatkan pinjaman dan berapa besar pinjaman yang pantas dia dapatkan. 
 
Selain itu, Kredivo juga mengumpulkan data dari smartphone pengguna, seperti lokasi pengguna, jumlah dan waktu panggilan telepon yang dia terima dan panggilan yang dia lakukan serta aplikasi yang digunakan oleh sang pengguna. 
 
Akshay menekankan, Kredivo hanya mengumpulkan data penggunanya satu kali. Setelah itu, Kredivo akan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memproses semua data yang Kredivo dapatkan tentang seorang pengguna untuk menentukan apakah dia pantas untuk mendapatkan pinjaman atau tidak. 
 
Saat ini, Kredivo menggunakan model bisnis B2B2C (Business to Business to Consumer). Itu artinya, pengguna Kredivo bisa melakukan pembelian di e-commerce yang menjadi rekan Kredivo. Beberapa situs e-commerce yang sudah menjadi rekan Kredivo adalah Lazada, Bukalapak dan Blibli. 
 
Namun, ke depan, Akshay bercerita, dia ingin agar Kredivo juga bisa digunakan di toko offline. Harapannya, Kredivo bisa menjadi kartu kredit digital. 
 

 
Untuk masalah pembayaran pinjaman, pengguna bisa melakukan pembayaran melalui transfer bank atau Indomaret. Pengguna juga bisa memutuskan apakah mereka akan langsung membayar tagihan setelah 30 hari atau menggunakan sistem cicilan. Kredivo menawarkan cicilan selama 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. 
 
Saat ini, Kredivo hanya beroperasi di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang dan Denpasar. Ke depan, mereka berencana untuk melakukan ekspansi ke dua kota besar lain di Indonesia. Akshay menjelaskan, Kredivo sangat selektif ketika memilih calon peminjam.
 
"Dari 100 orang yang mengajukan pinjaman, kami hanya menyetujui sekitar 33-34 orang," katanya. 
 
Alasannya adalah untuk memastikan bahwa pinjaman yang mereka berikan memang dikembalikan. Kredivo juga memiliki sistem tersendiri untuk menagih pinjaman yang tak kunjung dibayarkan.
 
Akshay menyebutkan, pada awalnya, pengguna akan ditagih melalui email, SMS dan telepon yang akan mengingatkan mereka bahwa tagihan mereka belum dibayar. Jika pengguna tak kunjung membayar, maka Kredivo akan mengirimkan tim penagih hutang. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan