Qiao menyebut meski bisnis ponsel LG mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir, LG tidak akan menyerah pada bisnis ponsel mobile. Sebab, lanjut Qiao, ponsel akan memegang peranan penting dalam ekosistem IoT yang tengah dikembangkan LG.
“Portofolio bisnis LG termasuk mobil dan peralatan rumah, keduanya terkait dengan smartphone, sehingga kami belum memutuskan untuk meninggalkan bisnis smartphone,” ujar Qiao Yujin.
Qiao juga menyebut bahwa saat ini LG tengah menjalani tahun kedua dalam proses restrukturisasi bisnis smartphone perusahaannya. Proses restrukturisasi ini akan terus berlanjut hingga tahun 2020 mendatang.
Hal tersebut tidak berarti bahwa pegawai pada bisnis ponsel LG akan dirumahkan. LG dilaporkan tengah berusaha keras membangun kepercayaan konsumen, dan siap untuk meluncurkan model smartphone terbarunya.
Pada tahun 2016 lalu, LG Mobile mengalami kerugian sebesar USD1,1 miliar (Rp15,3 triliun), disusul pada tahun 2017 sebesar USD644 juta (Rp8,9 triliun) dan USD440 juta (Rp6,1 triliun) pada tahun 2018.
Di saat bersamaan, pangsa pasar LG juga mengalami penurunan. Menurut statistik dari StrategyAnalytics, pada kuartal ketiga tahun 2018, pangsa pasar LG di pasar smartphone global hanya sebesar 19 persen.
Sementara itu, LG dilaporkan menaruh harapan besar pada ponsel terbaru karyanya yang akan mendukung konektivitas jaringan 5G, serta mengusung desain baru untuk mengubah nasib divisi perangkat mobile pada tahun 2019 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News