Studi ini, yang diserahterimakan dalam sebuah acara di Hotel The St. Regis, Jakarta, pada 15 Juli 2025, menandai langkah signifikan dalam upaya menanggulangi stroke, salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di Indonesia.
Stroke iskemik akut memerlukan penanganan cepat untuk mencegah kerusakan otak permanen. Menyadari urgensi ini, RSPON dan Siemens Healthineers Indonesia berkolaborasi dalam studi yang menilai kelayakan klinis, teknis, operasional, kebijakan, dan finansial MSU di Jakarta.
Berbeda dengan ambulans konvensional, MSU adalah kendaraan medis berkapasitas tinggi yang dilengkapi dengan CT scan portabel, sistem telemedicine, dan tim spesialis. Ini memungkinkan diagnosis dan inisiasi perawatan langsung di lokasi kejadian, jauh sebelum pasien tiba di rumah sakit.
Temuan studi ini menunjukkan potensi besar MSU dalam meningkatkan hasil penanganan stroke. MSU diperkirakan dapat mengurangi waktu door-to-needle (waktu tiba di RS hingga penanganan) sebesar 38,8% dan waktu door-to-CT (waktu tiba di RS hingga CT scan) sebesar 34,9%.
Percepatan intervensi ini diharapkan meningkatkan proporsi pasien yang mencapai kemandirian fungsional dalam tiga bulan pasca-perawatan, dengan peningkatan tingkat kemandirian hingga 70,3% dibandingkan 62,4% dengan penanganan konvensional.
Selain itu, MSU berpotensi mengurangi biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan hingga 20% per tahun dengan meminimalkan disabilitas jangka panjang. Dengan jangkauan hingga radius 20 km, MSU menjanjikan peningkatan akses terhadap diagnosis dan pengobatan stroke yang tepat waktu di area padat penduduk Jakarta.
Direktur Utama RSPON, dr. Adin Nulkhasanah Sp.S, MARS, mengungkapkan kebanggaannya atas selesainya studi ini.
“Mobile Stroke Unit, setelah diimplementasikan, dapat secara signifikan mengurangi disabilitas jangka panjang, meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, dan menghadirkan layanan spesialis lebih dekat kepada mereka yang membutuhkan penanganan segera,” ujarnya.
Meskipun MSU belum beroperasi, studi kelayakan ini menjadi fondasi kuat untuk implementasi percontohan, yang akan dimulai di Jakarta. Inisiatif ini juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi multi-sektor antara penyedia layanan kesehatan, layanan gawat darurat, otoritas kesehatan, dan mitra teknologi.
Alfred Fahringer, Presiden Direktur Siemens Healthineers Indonesia, menambahkan, penelitian ini menegaskan kembali keyakinan kami bahwa teknologi, ketika dipandu oleh wawasan klinis dan prioritas kesehatan masyarakat, dapat mendorong perubahan yang berdampak besar.
"Mobile Stroke Unit tidak hanya layak secara teknis, tetapi juga memiliki potensi untuk mendefinisikan ulang perawatan darurat di Indonesia. Siemens Healthineers merasa terhormat untuk mendukung terobosan ini.”
Studi kelayakan ini membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dalam penanganan stroke di Indonesia, dengan harapan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News