Rudiantara berharap partisipasi masyarakat. "Pertama, yang berkaitan dengan Kominfo kita lihat, medianya apa. Kalau medianya sifatnya dari one to many artinya broadcast seperti situs atau yang sifatnya bisa broadcast, tentu kita bisa masuk lebih cepat. Tapi kalau yang sifatnya point to point itu lebih susah menanganinya," kata Rudiantara di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (12/5/2015).
Untuk media yang bersifat one to many Kemenkominfo telah memiliki mekanisme dan aturan sendiri untuk melakukan pemblokiran. Menurutnya, pemberantasan situs berkonten pornografi akan lebih mudah jika masyarakat ikut aktif melaporkan kepada Kemenkominfo.
Kemenkominfo pun bekerja sama dengan ahli untuk memberikan penilaian dan rekomendasi. Pelaporan masyarakat menghasilkan angka yang fantastis. Rudiantara menyebut setidaknya 800 ribu situs berkonten pornografi telah dilaporkan.
"Saya nggak tahu pasti secara keseluruhan, terutama yang paling banyak pornografi totalnya 800 ribu sampai 900 ribu situs sampai saat ini sejak aktif. Penanganan konten negatif ini sudah ada sejak lama. Cuma formatnya sekarang yang agak berbeda. Semuanya ditutup situsnya," kata mantan Dirut Indosat ini.
Meski begitu, Rudi mengaku cukup sulit melawan situs berkonten negatif. Nyatanya, situs dengan konten negatif tumbuh dengan cepat. Dia mengistilahkan patah satu tumbuh seribu.
"Itu saja masih banyak yang belum. Apalagi yang pornografi. Misalnya sekarang di blok 100, besok muncul lagi 200. Karena kalau pornografi di belahan dunia lain menjadi industri sendiri dan tidak dilarang," pungkas Rudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News