Tidak aneh jika Huawei cukup percaya diri. Pada Q2, Huawei berhasil mengalahkan Apple dan menjadi vendor smartphone terbesar kedua di dunia. Selain itu, smartphone premium terbaru mereka, Huawei P20 Pro, juga mendapatkan sambutan yang cukup hangat.
Huawei mengungkap, pengiriman P20 telah mencapai 9 juta unit, sementara Mate 10 Series telah mencapai 10 juta unit. Di Indonesia, Huawei hanya memboyong P20 Pro, yang dihargai Rp12 juta. Lo Khing Seng mengatakan, permintaan akan P20 Pro di Indonesia juga cukup baik.
"Indikasinya, ketika pre-order, P20 Pro terjual habis," katanya, meski dia enggan untuk menyebutkan jumlah unit yang terjual.
"Saat barangnya masuk Indonesia, permintaannya lebih tinggi dari ekspektasi kita. Sekarang, jumlah produknya sudah mulai menipis."
Lo Khing Seng mengatakan, orang yang tertarik dengan smartphone Huawei biasanya adalah mereka yang mengerti bagian teknis. Tugas Huawei selanjutnya adalah menemukan cara untuk menggandeng pasar mainstream.

Huawei P20 Pro. (AFP PHOTO / ERIC PIERMONT)
Apa strategi Huawei?
Ada berbagai cara memperkenalkan sebuah merek smartphone ke masyarakat. Oppo dan Vivo memilih untuk memasang iklan secara besar-besaran dan juga menggaet artis sebagai brand ambassador.
Saat ditanya apakah Huawei akan menggunakan taktik serupa, Lo Khing Seng mengatakan bahwa Huawei lebih memilih untuk menggunakan channel digital dan memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan menggaet Key Opinion Leader atau KOL.
"Kalau smartphone untuk kelas menengah bawah, memang lebih mudah kalau pakai public figure. Tapi, kalau kelas atas, saya rasa pendekatannya tidak seperti itu," katanya. Memang, Huawei memang pernah menjadikan Nikita Willy sebagai brand ambassador Huawei Nova 2i.
"Sekarang kami sedang meramu cara agar masyarakat bisa mendapatkan pengalaman menggunakan produk Huawei secara utuh."
Salah satu cara yang Huawei akan lakukan adalah mengembangkan experience zone. Lo Khing Seng merasa, Jakarta adalah salah satu kota "wajib" untuk experience zone tersebut. Selain ibukota, Huawei juga akan mengembangkan experience zone di kota-kota lain yang memang menjadi basis dari penggemar Huawei.
Membuat experience zone, adalah taktik yang digunakan oleh Samsung, yang merupakan vendor smartphone terbesar dunia dan telah lama mendominasi pasar smartphone premium di Indonesia. Meskipun begitu, Lo Khing Seng mengaku bahwa dia percaya diri dengan produk buatan Huawei.
Dia bercerita, Huawei adalah perusahaan yang peduli pada pengembangan dan riset (R&D) dan menghabiskan menghabiskan 10 persen dari pendapatannya untuk pengembangan dan riset.
Karena itulah, dia percaya, Huawei akan bisa memberikan produk dengan inovasi yang memang bisa diterima masyarakat dan bukannya sekadar "gimmick".
Dia menganggap, inovasi gimmick pada awalnya mungkin membuat masyarakat tertarik. Namun, lama kelamaan, masyarakat akan bosan. Sementara menurutnya, inovasi yang diberikan Huawei bersifat "fundamental", seperti kamera dan juga kecerdasan buatan (AI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News