Samsung terapkan pengujian baterai lebih ketat untuk mencegah insiden Galaxy Note 7 terulang.
Samsung terapkan pengujian baterai lebih ketat untuk mencegah insiden Galaxy Note 7 terulang.

Cegah Insiden Note 7, Samsung Terapkan Pengujian Lebih Ketat

Lufthi Anggraeni • 02 Mei 2017 18:30
medcom.id: Insiden yang dialami Galaxy Note 7 menjadi salah satu peristiwa yang mengguncang eksistensi Samsung di ranah smartphone global. Peristiwa ini turut berdampak panjang pada kelangsungan bisnis smartphone Samsung di tahun 2016 lalu.
 
Mencegah hal tersebut terulang kembali, Samsung mengaku lebih berhati-hati selama proses pengembangan dan perakitan ponsel cerdas karyanya. Termasuk pada smartphone unggulan terbarunya, Galaxy S8 dan Galaxy S8 Plus.
 
“Keamanan konsumen menjadi prioritas Samsung sejak dulu hingga sekarang. Sejak Januari kami sudah lakukan peningkatan pemeriksaan keamanan baterai. Sekarang kami menggunakan standar 8 Point,” ujar Head of Product Marketing IT & Mobile Samsung Electronics Indonesia, Danny Gallant.

Pengujian baterai 8 Point tersebut diklaim sebagai standar pengujian lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar pengujian yang diterapkan industri saat ini. Setelah melakukan pengujian 8 Point tersebut, lanjut Danny, umumnya perangkat akan diujikan kembali sebanyak dua hingga tiga kali.
 
Penerapan standar pengujian 8 Point ini ditujukan untuk menjamin insiden Galaxy Note 7 tidak terulang pada Galaxy S8 dan perangkat selanjutnya. Setelah komponen baterai Galaxy S8 dan S8 Plus dirakit, Danny menyebut Samsung menguji siklus pengisian ulang daya berkali-kali sebelum memeriksa daya tahan baterai.
 
Pengujian daya tahan baterai mencakup pemeriksaan bagian dalam perangkat pada suhu ekstrim, kemudian diperiksa secara visual, sesuai standar yang telah ditetapkan. Samsung juga melakukan pengujian menggunakan X-Ray untuk memeriksa kemungkinan kejanggalan pada bagian dalam baterai.
 
Samsung melakukan Disassembling Test”, dengan memisahkan baterai untuk mengecek kualitas, termasuk kondisi sambungan tab baterai dan pita perekat. Perubahan voltase juga menjadi hal yang diawasi Samsung selama proses pembuatan, mulai dari tahap komponen hingga perangkat yang sudah lengkap.
 
Setelahnya, Samsung juga melakukan “accelerated usage test” sebagai bentuk pemeriksaan intensif, serta simulasi penggunaan perangkat dalam kondisi aktif, secara terus menerus dan dipercepat.
 
Sebagai informasi, insiden terbakarnya sejumlah Samsung Galaxy Note 7 menyebabkan Samsung memutuskan untuk menghentikan produksi dan distribusi perangkat ini pada bulan Oktober 2016 lalu. Insiden ini juga menyebabkan Samsung mengalami kerugian mencapai Rp39,2 triliun.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan