Mengutip The Verge, investigasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari pemberitaan terkait mantan pegawai dalam artikel yang dirilis di Mashable pada tanggal 9 Juni lalu, terkait dengan pengalaman bekerja untuk Snap antara tahun 2015 dan 2018.
Sejumlah sumber menyampaikan kepada Mashable bahwa mereka mengalami budaya rasisme selama bekerja di Snap, dan bahwa kepemimpinan di perusahaan tersebut meremehkan perwakilan kulit hitam di media.
Salah satu pegawai menyebut bahwa mereka diminta untuk mengganti gambar utama dari penampil berkulit hitam dengan pihak yang disebut dengan istilah wajah yang lebih ramah. Manager yang sama juga dilaporkan mengatakan kepada pegawai lain bahwa cerita yang diusung terlalu condong ke kisah karakter berkulit hitam.
Manager itu juga meminta sejumlah unggahan menyoal orang berkulit hitam diganti dengan orang dari ras lain. Pegawai ini turut menyebutkan insiden pengajuan tinjauan ke divisi sumber daya manusia (SDM) untuk manajer ini, namun tidak memperoleh tanggapan.
Kepada Mashable, Snap menyebut kala itu, tengah mengkaji keluhan tersebut. Dalam pertemuan seluruh bagian yang baru-baru ini dilakukan, CEO Snap Evan Spiegel mengatakan kepada pegawai bahwa pihak perusahaan tengah menginvestigasi insiden yang dilaporkan Mashable tersebut.
Sebagai informasi, Snap merupakan salah satu perusahaan asal Silicon Valley yang tidak pernah merilis laporan keanekaragaman. Dalam pertemuan yang sama, Spiegel mengumumkan bahwa perusahaan akan terus menerapkan strategi menyoal kerahasiaan angka keanekaragaman tersebut.
Dalam wawancara dengan CNBC, Spiegel beralasan bahwa seluruh pengungkapan informasi ini menormalkan komposisi saat ini menyoal tenaga kerja di bidang teknologi. Spiegel juga mengklaim bahwa Snap tengah mengembangkan cara baru yang sesuai dengan kondisi saat ini untuk merilis informasi tersebut.
Snap juga menuai kritik setelah merilis filter Juneteenth yang mendorong pengguna untuk tersenyum dan memutus rantai, menampilkan hal yang menyerupai sebagai perkirakan bendera Pan-Afrika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News