Menurutnya, hal ini terjadi karena tingginya permintaan dari startup sementara tenaga kerja yang mumpuni jumlahnya terbatas. "Ada gap antara supply dan demand," ujar Norman dalam acara Wantedly yang diadakan di Artotel Hotel.
"Demand-nya tinggi, tapi teknisi berkualitas tidak banyak. Akhirnya, harga teknisi sangat tinggi."
Dia juga menjelaskan, proses rekrutmen adalah proses yang tidak akan pernah berhenti. Jadi, meskipun dalam startup yang dia didirikan telah ada cukup teknisi, dia akan terus mencari teknisi lain karena selalu ada kemungkinan teknisinya akan mengundurkan diri.
"Karena kondisi, pasti akan ada yang poach teknisi. Karena itu, harus siapkan kandidat pengganti," katanya. "Jadi, kalau ada yang mengundurkan diri, sudah ada yang lain."
Norman bercerita, terkadang, teknisi akan pergi karena ditawarkan gaji yang lebih besar oleh perusahaan lain. Tentunya, dia bisa saja memberikan gaji yang sama tinggi untuk mempertahankan sang teknisi. Namun, dia merasa, di masa depan, akan ada perusahaan lain yang berusaha untuk menarik sang teknisi dengan penawaran yang lebih besar lagi.
Karena itulah, dia lebih memilih untuk mempersiapkan kandidat pengganti sebagai pengganti orang yang mengundurkan diri. Dari pengalamannya, dia bercerita, biasanya seorang lebih memilih untuk tidak pindah ketika mereka sudah merasa nyaman dengan tempatnya bekerja.
Orang-orang yang bergabung dengan perusahaan/startup karena mereka percaya dengan visi perusahaan dan kepemimpinan perusahaan serta punya rasa bangga akan produk yang mereka kembangkan, tipe seperti inilah yang memiliki kemungkinan bertahan.
"Kandidat seperti itu lebih sudah untuk digoyang," ujarnya. Namun, dia juga mengingatkan bahwa tidak peduli sesetia apa seseorang, ada kalanya dia akan pindah. Itulah mengapa dia merasa, proses rekrutmen adalah proses yang harus selalu berjalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News