"Flagship kita adalah produk V series. Kita masih fokus ke V series, itu berlaku tidak hanya di Indonesia, tapi di Asia Tenggara. Kami belum dapat info kapan V5 plus akan diluncurkan ke pasar," ujar Brand Manager Vivo, Edy Kusuma.
Edy menjelaskan Vivo menilai pertumbuhan konsumen dengan segmentasi menengah atas di Asia Tenggara cukup signifikan. Hal ini mendorong Vivo untuk menerapkan strategi penawaran harga yang sesuai untuk menjangkau konsumen pada segmentasi tersebut.
Sementara itu, disinggung soal peraturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen yang akan mulai diterapkan pada tahun 2017 mendatang, Vivo Indonesia mengaku telah siap untuk memenuhinya.
Vivo Indonesia memilih skema investasi guna memenuhi TKDN tersebut, dalam wujud pendirian pabrik di wilayah Tangerang. Edy menyebut, pabrik ini sudah beroperasi sejak Maret 2016, dan semua ponsel cerdas Vivo yang beredar di Indonesia telah diproduksi di Indonesia.
Edy juga menyebut, pabrik ini akan terfokus untuk memproduksi produk Vivo, sehingga hingga saat ini belum berencana untuk bekerja sama dengan pihak ketiga. Hal ini juga bertujuan menjaga kualitas produk yang diproduksi oleh pabrik ini.
Investasi ini disebut Edy masih akan terus bertambah, meski mengaku tidak dapat mengungkap secara pasti jumlah investasi yang dikucurkan Vivo untuk pabrik tersebut. Edy juga menyebut, Vivo masih harus menyesesuaikan sejumlah hal lain, sehingga nilai investasi ini masih diperkirakan akan bertambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News