Ialah Vanuatu, negara kepulauan di Pasifik. Negara itu bekerja sama dengan UNICEF dan dua perusahaan drone mengantarkan vaksin ke kawasan pedesaan dengan drone. Vanuatu memiliki 83 pulau yang tersebar dalam kawasan seluas sekitar 1.600 kilometer.
Untuk mengantarkan vaksin ke kawasan pedesaan, para pekerja kesehatan biasanya harus berjalan selama berjam-jam. Terkadang, mereka memerlukan waktu beberapa hari untuk mencapai kawasan terpencil, bahkan dengan menggunakan kapal atau mobil.
Drone dapat membantu masyarakat yang tinggal di kawasan yang sulit dijangkau mendapatkan suplai vaksin ketika diperlukan, menurut laporan Engadget. Dua perusahaan drone yang dipilih oleh Vanuatu adalah Swoop Aero dari Australia dan Wingcopter dari Jerman.
Program percobaan yang berlangsung selama tiga bulan ini akan dimulai pada Desember. Penerbangan uji coba pertama akan dilakukan pada 3 dan 7 Desember. Fokus tes itu adalah untuk mengantarkan suplai ke desa tertentu.
Dalam fase percobaan kedua, yang akan diadakan pada Januari 2019, drone kedua perusahaan akan menerbangkan suplai ke fasilitas kesehatan di tiga pulau. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan jangkauan wilayah yang mendapatkan vaksin, dari 75-85 persen menjadi 95 persen dalam waktu dekat.
Meskipun begitu, UNICEF sadar bahwa program ini memiliki risiko tersendiri.
"Ada banyak faktor yang kita belum ketahui -- apakah drone akan bisa terbang dengan benar, apakah ia akan mendarat di tempat yang kami inginkan, apakah orang-orang di sana akan menerima drone itu ataukah drone akan dijatuhkan oleh anak-anak dengan ketapel?" kata Andre Parket, Chief of Field Office, UNICEF pada The Guardian.
Itulah alasan mengapa UNICEF berusaha membuat masyarakat terbiasa dengan drone. Dengan harapan mereka tidak akan kaget ketika mereka melihat drone terbang di atas desa mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News