Wamenkomdigi, Nezar Patria.
Wamenkomdigi, Nezar Patria.

Komdigi Siapkan Perpres Roadmap AI, Inovasi tapi Tetap Etis dan Aman

Cahyandaru Kuncorojati • 21 Oktober 2025 09:33
Jakarta: Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sedang menyiapkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Peta Jalan Pengembangan Kecerdasan Artifisial (AI).
 
Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria mengatakan, roadmap ini menjadi acuan nasional agar Indonesia dapat memanfaatkan teknologi AI secara etis, aman, dan berdaya saing global.
 
“Peta jalan nasional untuk pengembangan AI ini sangat mendesak melihat perkembangan teknologi yang begitu agresif. Kita butuh arah yang jelas untuk menyeimbangkan antara inovasi dan proteksi,” ujar Nezar dalam sebuah wawancara.
 

Fokus Utama: Talenta Digital, Infrastruktur, dan Tata Kelola Data

Nezar menjelaskan, roadmap tersebut akan mengatur tata kelola ekosistem AI secara menyeluruh, mulai dari pengembangan talenta digital, penyediaan infrastruktur, hingga pengelolaan data.

“Yang pertama kita lihat adalah governance-nya. Bagaimana kita menata ekosistem pengembangan AI, mulai dari talenta hingga data governance,” katanya.
 
Menurutnya, peta jalan AI disusun untuk lima tahun ke depan dan diintegrasikan dengan program strategis nasional serta visi Indonesia Digital 2045. “Kita tidak mau cuma menjadi user, tapi ingin menjadi pemain yang signifikan di tingkat global,” tegas Nezar.
 

Perpres Roadmap dan Regulasi Keamanan AI Rampung Oktober Ini

Nezar mengungkapkan, dokumen roadmap AI nasional saat ini sudah dalam tahap finalisasi dan ditargetkan rampung pada Oktober 2025 sebelum dikirim ke Sekretariat Negara. Selain roadmap, pemerintah juga menyiapkan Perpres tambahan yang mengatur keamanan dan keselamatan dalam penggunaan AI.
 
“Jadi nanti ada dua dokumen: roadmap pengembangan AI dan peraturan presiden soal keamanan serta keselamatan penggunaannya,” jelasnya. Dalam penyusunannya, lebih dari 440 pemangku kepentingan terlibat, termasuk akademisi, pelaku industri, komunitas teknologi, dan masyarakat sipil.
 
“Kita ingin dokumen ini bukan sekadar administratif, tapi benar-benar menjadi panduan bersama. Semua merasa terlibat dan punya komitmen menjalankannya,” ungkapnya.
 

Mitigasi Risiko: Dari Bias Algoritma hingga Dampak Sistemik

Komdigi telah memetakan risiko AI ke dalam dua kategori besar: risiko mikro dan makro.
Risiko mikro mencakup bias algoritma, keamanan data, dan penyalahgunaan teknologi generatif AI. Sementara risiko makro mengacu pada potensi dampak sistemik terhadap ekonomi, sosial, dan budaya.
 
Nezar menyebut, pendekatan ini diadaptasi dari praktik global berbasis mitigasi risiko.
“Kita belajar dari berbagai negara yang sudah lebih maju, tapi kita sesuaikan dengan konteks Indonesia,” ujarnya.
 
Selain aspek teknis, roadmap juga menekankan pentingnya etika penggunaan AI. “AI harus transparan. Pengguna berhak tahu kalau mereka berinteraksi dengan konten buatan AI. Akuntabilitas juga penting, siapa yang bertanggung jawab bila terjadi dampak negatif,” tegas Nezar.
 
Komdigi sebelumnya telah menerbitkan surat edaran etika AI, namun Nezar mengakui hal itu belum cukup. “Karena itu kita buat roadmap dan peraturan presiden agar prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, serta keamanan data bisa ditegakkan,” ujarnya menambahkan.
 

Kolaborasi Jadi Kunci

Nezar menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, antara pemerintah, industri, dan akademisi, agar Indonesia tidak tertinggal.
 
“Kolaborasi sangat penting, terutama karena kita masih di tahap awal. Tapi kita tidak mau jadi pemain pasif. Negara-negara global selatan pun kini berupaya aktif dalam rantai pasok AI dunia,” ujarnya.
 
Ia mencontohkan, Komdigi telah menjalankan program AI Talent Factory sebagai proyek percontohan pengembangan sumber daya manusia digital di sektor kesehatan dan pendidikan.
“Kita sudah bantu penggunaan AI di bidang kesehatan untuk membantu dokter mendiagnosis penyakit TBC lewat analisis hasil rontgen,” kata Nezar.
 
Nezar memastikan peta jalan AI bersifat “living document”, yang akan terus diperbarui mengikuti evolusi teknologi. “Setahun lalu kita bicara generatif AI, sekarang sudah agentic AI, sebentar lagi physical AI. Jadi roadmap harus lincah dan adaptif,” katanya.
 
Ia juga menyoroti ancaman baru seperti deepfake dan quantum computing, yang berpotensi menimbulkan tantangan baru dalam keamanan digital. “Kita harus bersiap menghadapi era post-quantum cybersecurity, agar perlindungan data tetap kuat di tengah perubahan teknologi yang cepat,” tandas Nezar.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan