Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN Budi Prawara mengatakan, kunjungan ini akan ditindaklanjuti dalam bentuk perjanjian kerja sama (PKS) untuk pengembangan magnetic resonance imaging (MRI).
Fokus pengembangan MRI untuk rumah sakit berukuran menengah dan kecil serta biaya terjangkau baik biaya pemasangan, operasional, maupun pemeliharaannya. “Nantinya akan kita usulkan melalui skema multitasking strategic di BRIN,” kata Budi.
Budi berharap, pengembangan MRI Tesla yang rencananya berlangsung dua tahun dapat berjalan baik. Target di tahun pertama adalah menghasilkan satu prototipe. Kemudian tahun kedua memiliki local content atau hasil-hasil riset BRIN diadopsi di MRI tersebut.
Dalam diskusi, dibahas terkait pengembangan medis terkait kecerdasan buatan (AI) dan imaging facility untuk rumah sakit di Indonesia. “Kita akan merilis dan kolaborasi terkait research mobility. Selain output prototipe, kita juga akan melakukan kolaborasi dan publikasi riset penelitian yang ada di BRIN,” tutur Budi.
Kepala Pusat Riset Telekomunikasi (PRT) BRIN Nasrullah Armi menjelaskan, pihaknya tergabung dalam program pengembangan co-development MRI. Bidang yang terkait yaitu bidang radio frekuensi, kemudian bidang embedded system atau pengolahan sinyal.
“Tim kami ikut berkontribusi dalam pengembangan co-development MRI di bidang-bidang tersebut. Mudah-mudahan nanti ada MRI buatan Indonesia, ini menjadi kontribusi riset BRIN untuk mengembangkan MRI tersebut,” tambah Nasrullah.
CEO ISOL Technology Heung Kyu Lee menyampaikan lebih detail riset dan kerja sama dalam pengembangan perangkat MRI 0,6 Tesla. Lee menyampaikan keunikan MRI 0,6 Tesla yaitu superkonduktor bebas helium, kualitas gambar berbasis AI mendekati 1,2 T, pemindaian cepat, dan sistem aplikasi klinis berbasis AI.
“Saya sangat senang dan terkejut semua tim yang dipimpin oleh Dr. Budi sangat ramah kepada kami. Saya cukup yakin dapat membuat satu tim yang sangat bagus untuk mencapai proyek ini pada satu waktu dan pada akhir tahun ini, dapat diproduksi oleh salah satu perusahaan yang ada di Indonesia,” ungkap Lee.
Dalam kesempatan ini, Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN Anto Satriyo Nugroho memaparkan penelitian yang dilakukan berbasis AI, yaitu pada problem statement and challenges pada pasien yang memiliki penyakit malaria.
Kemudian Asif dari Pusat Riset Elektronika BRIN yang memaparkan riset radio frequency, microwave, dan antenna applications. Lalu Iman Firmansyah dari kelompok riset PRT BRIN menjelaskan field programmable gate array (FPGA). Juga Anne Parlina dari Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) BRIN yang menjelaskan penelitian yang ada di PRSDI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News