(Foto:Astropix.com)
(Foto:Astropix.com)

Kisah Gerhana Matahari Total dan Eksperimen yang Membuat Albert Einstein Jadi Superstar

Insaf Albert Tarigan • 07 Maret 2016 23:16
medcom.id: Kita akan menyaksikan fenomena alam yang langka, Gerhana Matahari Total (GMT), 9 Maret 2016. Rakyat Indonesia beruntung karena gerhana tersebut akan melintasi 12 provinsi, dari Sumatera sampai Sulawesi. Selain fenomena budaya, GMT merupakan momentum penting bagi para ilmuwan untuk melakukan serangkaian penelitian ilmiah, utamanya terhadap matahari. Karena itu, tak mengherankan apabila Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga turut meneliti kejadian ini.
 
Menilik sejarahnya, GMT juga terkait dengan salah satu peristiwa terpenting dalam perkembangan fisika modern, yakni pembuktian bahwa gravitasi bisa membelokkan cahaya, yang digagas Albert Einstein melalui teori relativitas umum. Begini ceritanya, seperti disarikan dari buku "Einstein, Kehidupan dan Pengaruhnya Bagi Dunia" karya Walter Isaacson.
 
Pada 1911, Einstein menulis makalah berjudul "On the Influence of Gravity on the Propagation of Light."

Lima tahun kemudian, tepatnya 1916, Sir Arthur Eddington, Direktur Observatorium Cambridge, menerima salinan makalah tersebut. Dalam makalah itu, Einstein mengatakan, cahaya yang melintas di dekat matahari akan melengkung sekitar 1,7 detik-busur. Pelengkungan itu tak lain karena gravitasi matahari. Gravitasi sendiri, sebagaimana didefenisikan Einstein, adalah kelengkungan ruang dan waktu. 
 
Eddington kemudian tergerak untuk membuktikan teori itu sesudah berkonsultasi dengan Sir Frank Dyson, astronom kerajaan Inggris. Cara terbaik untuk mengujinya adalah saat terjadi GMT.
 
Gerhana terjadi pada 29 Mei 1919. Saat itu, matahari berada di tengah-tengah kelompok bintang bernama Hyades. Biasanya pengamat bintang mengenalinya sebagai pusat konstelasi Taurus. 
 
Kisah Gerhana Matahari Total dan Eksperimen yang Membuat Albert Einstein Jadi Superstar
Hyades

Pada awal Maret 1919, Eddington berlayar dari Liverpool bersama dua tim. Satu grup memisahkan diri untuk memasang kamera di kota terpencil Sobral di rimba Amazon Brasil sebelah utara. Grup kedua, yang juga beranggotakan Eddington, berlayar menuju pulau kecil Principe, koloni Portugis, satu derajat di selatan garis khatulistiwa, tepat di lepas pantai Afrika di Samudra Atlantik. Eddington menyiapkan peralatannya di atas tubir jurang setinggi 150 meter di ujung utara pulau.
 
Gerhana terjadi setelah pukul 15.13 waktu setempat Principe dan berlangsung selama kurang lebih 5 menit. Singkat cerita, Eddington berhasil mendapatkan 16 foto. Sayangnya, foto matahari terganggu oleh keberadaan awan.
 
Beruntung, tim Brasil berhasil mendapatkan foto lebih bagus karena cuaca cerah. Hasil penghitungan Eddington kemudian menunjukkan, defleksi mencapai 1,6 busur-detik, beda tipis dari teori Einstein.
 
Kisah Gerhana Matahari Total dan Eksperimen yang Membuat Albert Einstein Jadi Superstar
​Foto yang dihasilkan Eddington.

Pada Semptember 1919, Einstein yang masih tinggal di Jerman menerima surat pemberitahuan hasil observasi Eddington dari rekannya, Hendrik Lorentz.
 
"Eddington menemukan pergeseran bintang di tepi keliling matahari, nilai sementara antara sembilan per sepuluh detik sampai dua kalinya,"kata Lorrentz.
 
Pengumuman resmi akhirnya disampaikan Royal Society, isntitut ilmiah paling terhormat di Inggris pada 6 November 1919 di Burlington House. Astronom kerajaan, Sir Frank Dyson, mendapat kehormatan menyampaikan penemuan ini.
 
Katanya, "Setelah mempelajari pelat-pelat tersebut secara cermat, saya siap menyatakan bahwa tak ada keraguan lagi pelat-pelat ini membenarkan prediksi Einstein. Hasil ekspedisi ke Sobra dan Principe hanya meyisakan sedikit keraguan bahwa defleksi cahaya yang tejadi di sekitar matahari dan besarnya sama dengan yang dinyatakan dalam teori relativitas umum Einstein."
 
Kisah Gerhana Matahari Total dan Eksperimen yang Membuat Albert Einstein Jadi Superstar
Ilustrasi percobaan Eddington di London News

Penemuan ini menjadi berita utama di sejumlah media besar, termasuk The Times di London dan New York Times di Amerika Serikat. Dengan cepat, Einstein menjadi pesohor dan diburu reporter dari berbagai belahan dunia.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan