Baca juga: Cara Gembok Akun X: Panduan Lengkap Melindungi Privasi di Media Sosial |
ASMR merujuk pada sensasi "kesemutan" lembut yang biasanya seseorang rasakan di bagian belakang kepala, leher, hingga tulang belakang ketika mereka mendengar suara atau melihat gerakan tertentu yang menenangkan. Efek ini bersifat subyektif, namun banyak orang mengaku merasa lebih rileks dan tenang setelah menonton atau mendengarkan konten ASMR.
Salah satu alasan utama meningkatnya popularitas ASMR adalah karena banyak orang mencari pelarian dari stres dan kecemasan. Di tengah ritme hidup yang cepat dan tekanan dari pekerjaan, sekolah, atau media sosial, konten ASMR menjadi bentuk hiburan sekaligus terapi ringan yang mudah diakses. Video yang menampilkan suara bisikan, ketukan lembut, atau suara alam sering kali membantu penonton merasa lebih santai dan bahkan tertidur.
Platform seperti YouTube dan TikTok sangat mendukung penyebaran konten ASMR karena algoritma mereka cenderung mempromosikan video dengan engagement tinggi.
ASMR memiliki visual dan audio yang khas, baik dalam bentuk close-up, lighting temaram, atau mikrofon binaural, yang membuat penonton terpikat lebih lama. Durasi tonton yang tinggi ini menguntungkan kreator, sehingga mereka memproduksi makin banyak konten serupa.
Berikut beberapa kreator ASMR populer yang berhasil membangun karier dan penghidupan dari konten ASMR di berbagai platform seperti YouTube, TikTok, dan Spotify.
Salah satu nama terbesar dalam dunia ASMR global. Gibi dikenal karena kualitas produksinya yang tinggi, suara bisikannya yang lembut, serta video roleplay yang kreatif dan profesional. Kanal YouTube-nya memiliki lebih dari 5 juta pelanggan, dan ia juga aktif di Twitch dan Spotify.
Di kawasan asia ada Jane yang populer di YouTube Korea dengan konten ASMR mukbang dan slime. Meskipun tidak banyak berbicara, video-videonya fokus pada suara-suara satisfying yang memikat jutaan penonton, terutama anak muda dan remaja.
Sementara itu konten kreator asal indonesia seperti Qei ASMR yang cukup konsisten membangun kanalnya. Ia menggabungkan unsur lokal dalam kontennya, seperti makanan khas Indonesia atau roleplay dalam bahasa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa ASMR juga mulai berkembang di Asia Tenggara.
Para kreator ini membuktikan ASMR bukan sekadar tren sesaat, tetapi sudah menjadi bentuk profesi dan industri kreatif baru. Pendapatan mereka berasal dari iklan YouTube, donasi penggemar (Patreon), sponsor, hingga rilisan di Spotify dan layanan audio lainnya.
Selain itu, munculnya variasi gaya ASMR juga ikut mendongkrak popularitasnya. Kini, konten ASMR tidak hanya berbentuk suara-suara lembut saja. Ada yang menggabungkannya dengan roleplay (seperti berpura-pura jadi dokter atau tukang cukur), mukbang pelan, storytelling, hingga konten berbau humor. Fleksibilitas inilah yang membuat ASMR mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan tidak monoton.
TikTok berperan besar dalam mempercepat penyebaran tren ASMR, terutama karena format videonya yang pendek dan mudah dibagikan. Banyak pengguna yang menemukan ASMR secara tidak sengaja di For You Page (FYP), lalu tertarik untuk mengeksplorasi lebih banyak. Kreator ASMR di TikTok pun jadi lebih eksperimental—menggunakan alat-alat rumah tangga, kosmetik, atau bahkan makanan sebagai sumber suara.
Sementara itu, di Spotify dan platform audio lainnya, ASMR berkembang sebagai bentuk audio terapi. Banyak orang memutar konten ASMR sebelum tidur untuk membantu mereka mengalami tidur lebih nyenyak. Bahkan beberapa perusahaan kini memproduksi ASMR profesional dengan kualitas suara tinggi dan skenario naratif, layaknya podcast untuk relaksasi.
Membahas Kesehatan Mental
Popularitas ASMR juga berkaitan dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan mental. Dalam beberapa tahun terakhir, ada dorongan global untuk lebih terbuka membahas stres, insomnia, depresi, dan gangguan kecemasan. Dalam konteks ini, ASMR diposisikan bukan sekadar hiburan, tetapi sebagai salah satu alternatif penanganan mandiri yang ringan dan non-medis.Fenomena ini juga memperlihatkan bagaimana personal connection antara kreator dan audiens berperan besar. Banyak kreator ASMR membangun komunitas kecil yang intim dan penuh dukungan. Mereka tidak sekadar "membuat suara", tetapi juga berbicara langsung kepada audiens dengan penuh perhatian, menciptakan rasa aman dan kedekatan emosional.
Faktor lainnya adalah aksesibilitas. Untuk menikmati ASMR, tidak diperlukan perangkat mahal cukup dengan ponsel dan earphone. Kreator pemula pun bisa memproduksi konten dari rumah, dengan alat sederhana. Hal ini menurunkan hambatan produksi dan memperluas partisipasi kreator dari berbagai latar belakang.
Akhirnya, ASMR menjadi populer karena memenuhi kebutuhan mendasar manusia akan ketenangan, kenyamanan, dan kedekatan dalam format digital yang intim dan mudah diakses. Di era serba bising dan cepat ini, ASMR menjadi ruang pelarian yang lembut, menyenangkan, dan personal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id