Ilustrasi: Appdome
Ilustrasi: Appdome

Kekhawatiran Naik, Penipuan Seluler Berbasis AI Ancam Musim Belanja Liburan

Mohamad Mamduh • 04 Desember 2025 12:19
Jakarta: Periode belanja online tersibuk dalam setahun, termasuk Black Friday dan musim liburan, kini dibayangi oleh meningkatnya kekhawatiran konsumen Indonesia terhadap ancaman penipuan seluler berbasis kecerdasan buatan (AI).
 
Data terbaru dari laporan tahunan kelima Appdome, Consumer Expectations of Mobile App Security Report, menunjukkan bahwa penipuan sintetis, pencurian identitas, dan penipuan berbasis AI telah menjadi alasan utama mengapa konsumen Indonesia memilih untuk meninggalkan atau menghapus aplikasi seluler.
 
Laporan yang untuk pertama kalinya menyertakan konsumen Indonesia ini mencerminkan peningkatan risiko penipuan yang diamati secara global. Riset tersebut menyoroti bagaimana lonjakan transaksi berkecepatan tinggi selama musim liburan menjadi target ideal bagi para penipu.

Temuan kunci dari Appdome menunjukkan tingkat kekhawatiran. Sebanyak 56,7% konsumen Indonesia paling takut terhadap penipuan sintetis saat berbelanja melalui perangkat seluler. Lalu 40,7% mengakui telah menghapus atau meninggalkan aplikasi karena kekhawatiran akan pencurian identitas. Secara keseluruhan, 75,3% konsumen telah meninggalkan aplikasi akibat masalah privasi atau keamanan.Ancaman AI dan Paradoks Kepercayaan
 
Pada tahun 2025, penipuan berbasis AI—seperti persetujuan pembayaran deepfake, serangan vishing, dan pengambilalihan akun berbasis bot—telah menjadi pemicu utama penipuan seluler. Uniknya, di tengah ancaman ini muncul ‘Paradoks AI’, dengan 81,5% konsumen Indonesia melihat AI sebagai peluang, namun 90% di antaranya berharap aplikasi dapat secara aktif memblokir ancaman berbasis AI.
 
Meskipun demikian, ada tingkat optimisme yang tinggi, dengan 72,3% konsumen merasa yakin aplikasi seluler benar-benar dapat menghentikan ancaman tersebut—angka yang jauh di atas rata-rata global.
 
Tom Tovar, Co-Creator and CEO Appdome, menekankan urgensi situasi ini. “AI mengubah lanskap penipuan lebih cepat daripada kemampuan bisnis seluler untuk merespons,” katanya. “Konsumen ingin bukti bahwa aplikasi mereka dapat menghentikan penipuan sebelum pembelian dilakukan—bukan setelah kerugian terjadi.”
 
Ekspektasi konsumen kini telah bergeser dari penggantian kerugian menuju pencegahan proaktif. Sebanyak 84,8% konsumen mengutamakan pencegahan penipuan sebelum terjadi. Mayoritas, yaitu 53,7%, juga percaya bahwa pengembang aplikasi seluler—bukan perangkat, OS, atau operator—bertanggung jawab untuk menghentikan penipuan.
 
“Belanja musim liburan adalah saat penyerang paling gencar beraksi,” tambah Jamie Bertasi, Chief Customer Officer Appdome. “Menghentikan serangan ini langsung di dalam aplikasi sangat penting untuk melindungi konsumen—dan pendapatan—selama musim belanja tersibuk dalam setahun ini.”
 
Temuan ini memberikan mandat yang jelas bagi pengembang aplikasi untuk menunjukkan perlindungan in-app yang transparan dan efektif. Aplikasi yang aman terbukti lebih mungkin direkomendasikan pengguna di media sosial (42,7%) dan mendapatkan ulasan positif (30,8%), menunjukkan bahwa keamanan adalah pendorong utama loyalitas merek, terutama di tengah maraknya ancaman digital.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan