Sejumlah eksekutif keamanan dan privasi Twitter mengumumkan pengunduran diri secara bersamaan.
Sejumlah eksekutif keamanan dan privasi Twitter mengumumkan pengunduran diri secara bersamaan.

Eksekutif Keamanan dan Privasi Twitter Undur Diri Lagi

Lufthi Anggraeni • 14 November 2022 12:15
Jakarta: Sejumlah petinggi Twitter, terdiri dari Chief Information Security Officer Lea Kissner, Chief Privacy Officer Damien Kieran dan Chief Compliance Officer Marianne Fogarty mengundurkan diri.
 
Mengutip The Verge, teknisi Twitter kini akan bertanggungjawab untuk memastikan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi yang berlaku. Twitter kini tunduk pada perintah persetujuan Komisi Perdagangan Federal atau Federal Trade Commission (FTC), mencakup persyaratan privasi dan keamanan tertentu.
 
Dalam unggahan di akun Twitter pribadinya, Kissner mengaku telah mengambil keputusan sulit untuk meninggalkan Twitter, dan mengungkap bahwa dirinya telah menikmati kesempatan untuk bekerja dengan pihak bertalenta dan bangga pada tim IT, keamanan dan privasi, serta hal yang telah mereka lakukan.

Pengunduran diri ini berdampak signifikan terhadap tim privasi dan keamanan Twitter. Karenanya, The Verge menyebut mendapatkan pesan Slack yang dikabarkan dibagikan oleh pengacara Twitter.
 
Pesan ini menyebut insinyur di Twitter telah diminta untuk mensertifikasi diri bahwa mereka mematuhi persyaratan FTC dan undang-undang lainnya. Hal ini, lanjut pesan tersebut, membebankan risiko legal, profesional dan personal besar kepada teknisi.
 
Selain itu dalam surat tersebut, pengacara menyebut pihaknya mengantisipasi bahwa seluruh teknisi akan ditekan oleh manajemen untuk menghadirkan perubahan yang diperkirakan akan memicu insiden besar.
 
Sang pengacara, yang mendesak pegawai untuk mencari perlindungan whistleblower jika merasa membutuhkannya, dan memperingatkan bahwa perubahan tersebut sangat berbahaya untuk pengguna Twitter.
 
Perintah persetujuan FTC merupakan bagian dari kesepakatan yang dicapai Twitter dengan badan regulator tersebut pada bulan Mei lalu. Salah satu persyaratannya mengharuskan perusahaan untuk menerapkan program keamanan informasi dan privasi komprehensif, untuk memeriksa risiko keamanan dan privasi produk baru.
 
Pengacara dalam pesan ini juga mencatat bahwa Twitter telah melanggar perintah persetujuan tersebut, berpotensi mengancam Twitter dengan denda bernilai miliaran dolar, dinilai akan sangat merugikan umur panjang Twitter sebagai platform.
 
Pekan lalu, Twitter mengubah layanan Twitter Blue dan mulai mengizinkan pengguna untuk mendapatkan tanda centang, sebelumnya digunakan untuk menunjukkan bahwa akun telah diverifikasi, seharga USD8 (Rp125.00) per bulan.
 
Hal ini dinilai berpeluang untuk menciptakan ladang ranjau terkait peniruan identitas, akun spoof, dan penipuan. Pegawai Twitter mengindikasikan bahwa pengguliran yang terburu-buru dari skema tanda centang berbayar, seperti yang dimandatkan oleh pemilik baru, Elon Musk, melewati proses peninjauan privasi biasa.
 
Pegawai ini menyebut bahwa pihak yang umum ditugaskan untuk hal terkait ini belum mendapatkan informasi lengkap, sedikit waktu, dan menilai kondisi ini tidak masuk akal dan memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan tinjauan privasi bersifat komprehensif.
 
Selain itu, pegawai ini juga mencatat bahwa tidak ada rekomendasi tim yang diterapkan sebelum Twitter Blue baru resmi dirilis. Tim ini disebut hanya dapat meninjau kemungkinan risiko pada malam sebelum Twitter meluncurkan layanan versi pembaruan tersebut.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan