ilustrasi AI
ilustrasi AI

Penerapan AI dalam Ranah Pendidikan di Indonesia

Medcom • 31 Mei 2024 11:20
Jakarta: Perkembangan teknologi baru seperti kecerdasan buatan membuat pemerintah wajib membuat sebuah regulasi. Hadirnya regulasi juga mampu mengatur berbagai perkembangan teknologi AI dan bisa dimanfaatkan dengan bijak.
 
“Regulasi itu sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi AI ini berjalan dalam koridor yang tepat. Karena memang teknologi ini mempunyai sifat pisau bermata dua, sehingga ketika di-regulate dan memiliki framework yang tepat, maka produk-produk AI ini tidak akan menimbulkan sebuah istilah secure atau aman,” jelas Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia.
 
Dari pernyataan Panji, bisa dikatakan bahwa regulasi atau peraturan memang merupakan sebuah tolok ukur yang cukup penting. Regulasi memungkinkan semua aktivitas yang berkaitan dengan AI pastinya bisa dibatasi dan dijaga, sehingga mampu menciptakan sebuah ekosistem yang sehat pada dunia teknologi baru seperti kecerdasan buatan.

Bisa dikatakan dengan hadirnya regulasi menjadi sebuah solusi terbaik agar perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia bisa semakin maksimal dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakatnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk tahap awalnya sudah menghadirkan sebuah Surat Edaran (SE) Nomor. 9 Tahun 2023 yang berisikan etika dan semua prinsip dasar dari pengembangan teknologi AI.
 
Hadirnya Surat Edaran tersebut diharapkan bisa menjadi acuan awal untuk pengembangan di Indonesia. Pastinya, para pengembang teknologi AI bisa mengacu pada prinsip dasar yang sudah disebutkan pada Surat Edaran yang sudah dicetuskan.
 
Jika memandang dari sudut pandang seni, sebaiknya teknologi AI ini sendiri tidak ditolak atau dicap sebagai teknologi yang mematikan. Seharusnya, ini harus dipandang sebagai teknologi yang bermanfaat, karena memang secara dasar manusia harus bisa menerima perkembangan teknologi, sehingga kehidupan akan semakin maju dan bisa menghadirkan berbagai karya atau inovasi yang lebih maksimal di kemudian hari.
 
“Seharusnya dicoba dulu aja, ini kan termasuk teknologi baru, jadi coba dulu aja dan dipelajari. Kalau memang sudah dicoba atau dipelajari, dan ternyata tidak cocok ya sudah, jangan menyuarakan untuk menolak teknologi,” jelas Bani Adil, Visual Effects Artist.
 
Dengan perkembangan yang cukup pesat, pastinya AI yang berdampak dalam seni juga pada akhirnya merambat ke sisi pendidikan seni. Kemudahan dan kepraktisan AI juga menjadi salah satu pilihan para pelajar atau mahasiswa yang menggeluti pendidikan seni, karena memang penghematan waktu dan tenaga merupakan hal yang selalu dicari.
 
Penerapan AI dalam Ranah Pendidikan di Indonesia
 
Maka dari itu, tidak sedikit mahasiswa yang menggunakan kemampuan AI dalam menghasilkan karya untuk menunjang kebutuhan pendidikan mereka. Namun, terdapat beberapa hal yang wajib diperhatikan oleh para pelajar atau mahasiswa yang memang ingin menggunakan bantuan dari kecerdasan buatan.
 
“Saya sendiri sudah merasakan berbagai masa dari manual hingga pada akhirnya mulai muncul teknologi komputer yang berkaitan dengan grafis dan juga AI. Saya merasa bahwa sudah belajar bertahun-tahun dalam seni bisa saja tergantikan dengan instan yang bersumber dari sebuah teknologi baru,” ucap Rina Kartika, Dosen Desain Komunikasi Visual.
 
“Masuknya AI sendiri justru menjadi salah satu hal yang mampu meringkas atau memangkas banyak penggunaan waktu, tetapi walau dengan kepraktisan yang diberikan juga individunya sendiri wajib untuk menyikapi teknologi tersebut menjadi sebuah karya yang maksimal,” lanjutnya.
 
Kecerdasan Buatan dalam pendidikan seni juga pada akhirnya membuat para praktisi atau dosen yang mengajar agar bisa mengikuti dan menyikapi teknologi baru dengan lebih baik. Karena dengan menyikapi dan menerima teknologi, maka bisa memanfaatkan teknologi tersebut menjadi lebih maksimal. Jadi, sangat diimbau bahwa para individu yang menggunakan teknologi ini harus bisa sangat bijak dalam menggunakannya.
 
“Secara mendasar, AI ini sebenarnya tidak bisa menggantikan semua ilmu yang sudah ada bertahun-tahun lalu, sehingga basic dari sebuah seni wajib untuk dipahami terlebih dahulu, sehingga bisa menciptakan karya seperti apa yang diekspektasikan,” ujar Rina terkait pandangan sebagai seorang dosen dalam masuknya teknologi AI ke dunia seni.
 
Kemudian, untuk dunia pendidikan sendiri secara lumrah para pengajar seharusnya tidak bisa melarang para pelajar atau mahasiswa untuk menggunakan teknologi baru, karena memang dengan hadirnya teknologi seperti AI mampu menghadirkan sebuah keterampilan baru, sehingga pelajar atau mahasiswa mempunyai wawasan yang jauh lebih luas.
 
Namun, tugas dari seorang pengajar adalah membimbing para pelajar untuk jauh lebih bijak lagi dalam menggunakan berbagai teknologi. Jadi, tugas para pengajar adalah mengajak pelajar untuk menggunakan AI sebagai bahan referensi saja, jangan 100% menghasilkan karya menggunakan AI.
 
“Tugas dosen adalah membatasi para mahasiswa yang juga melek akan teknologi, karena kami memang tidak bisa melarang penggunaan AI dalam pendidikan mereka, sehingga tugas kami adalah mengajak para mahasiswa untuk tidak 100% hasil jadinya adalah menggunakan AI,” jelas Rina mengenai penggunaan AI dalam dunia pendidikan.
 
Secara dasar, manusia seharusnya tidak bisa menolak masuknya teknologi, karena pada akhirnya teknologi akan menjadi sebuah alat bantu manusia dalam melakukan produktivitasnya, sehingga yang patutnya dilakukan adalah mencoba terlebih dahulu, baru menilai.
 
“Harus dicoba dulu, sih. Jika melihat teknis, karya AI ini memang selalu berkaitan dengan prompting, sehingga kalau prompting tidak rinci maka hasilnya tidak seperti yang diinginkan. Jadi, prompting akan menjadi sebuah keterampilan tersendiri dan tidak serta-merta mudah untuk dilakukan,” lanjut Rina.
 
Jika menarik kesimpulan dari solusi terbaik yang bisa dilakukan dalam menyikapi masuknya teknologi AI dalam dunia seni adalah yang terpenting itu regulasi. Untuk regulasi sendiri, Kominfo sudah menerapkan Soft Regulation dari Surat Edaran Nomor. 9 Tahun 2023 yang dijadikan acuan kepada para penyelenggara atau pengembang teknologi kecerdasan buatan.
 
Kemudian, untuk individu sudah seharusnya tidak untuk menolak perkembangan teknologi. Jadi, sewajibnya adalah untuk dicoba terlebih dahulu teknologi yang masuk, pelajari sedikit terkait teknologi baru, sehingga mampu menghasilkan sudut pandang baru. Secara dasar memang AI dalam seni juga memerlukan ilmu baru untuk mengoperasikan AI itu dalam menghasilkan karya, yakni ilmu prompting. (Christopher Louis)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan