Laporan tahunan bertajuk "How Southeast Asia Buys and Pays 2025" ini merupakan edisi keempat dari IDC InfoBrief sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2021. Laporan ini merangkum survei terhadap 600 responden dari enam negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Analisis mendalam mengenai perkembangan skema pembayaran digital di masing-masing pasar dan regional Asia Tenggara secara keseluruhan juga disertakan dalam laporan ini.
Sebagai wilayah dengan potensi ekonomi terbesar kelima di dunia, pertumbuhan luar biasa Asia Tenggara sebagian besar didorong oleh perkembangan pesat sektor e-commerce yang didukung oleh meningkatnya adopsi pembayaran digital. Laporan ini menyoroti bagaimana tren pembayaran digital memengaruhi strategi bisnis dan membuka peluang pertumbuhan kawasan ini di masa depan.
Pembayaran Digital Jadi Tulang Punggung Pertumbuhan
Salah satu sorotan utama dari laporan ini adalah pertumbuhan pembayaran digital di e-commerce. Pada tahun 2028, pembayaran digital diperkirakan akan mencakup 94% dari total pembayaran e-commerce di Asia Tenggara. Pertumbuhan paling signifikan terlihat pada pembayaran domestik (97,9%) dan dompet digital (94,9%), yang berperan dalam memperluas jangkauan e-commerce di wilayah yang kurang bergantung pada kartu debit atau kredit.
Lonjakan real-time payments (RTP) juga menjadi tren yang signifikan. RTP diperkirakan akan melonjak hingga mencapai lebih dari US$11 triliun (sekitar Rp179 kuadriliun) pada tahun 2028. Tren ini sudah terlihat di Singapura, di mana RTP seperti PayNow menduduki urutan ketiga sebagai metode pembayaran yang paling banyak tersedia, menurut survei terhadap para pelaku usaha pada tahun 2024.
Peningkatan RTP di Asia Tenggara sebagian besar didorong oleh inisiatif pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada uang tunai dan mempromosikan metode pembayaran yang lebih murah dan cepat serta memenuhi kebutuhan konsumen dan pelaku usaha.
Dominasi dompet digital dan pembayaran domestik juga sangat terasa di Asia Tenggara. Pada tahun 2023, dompet digital menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, sementara pembayaran domestik mendominasi di Singapura dan Thailand. Tren ini terus berlanjut pada tahun 2024. Dompet digital menjadi metode pembayaran kedua yang paling banyak diterima oleh pelaku usaha yang disurvei di Singapura dan Filipina, serta ketiga di Indonesia dan Thailand.
Peluang Perdagangan Lintas Negara Meningkat
Laporan ini juga menyoroti peluang besar dalam perdagangan lintas negara. Nilai perdagangan lintas negara di Asia Tenggara diprediksi akan mencapai USD14,6 miliar (sekitar Rp2.380 triliun) pada tahun 2028, meningkat 2,8 kali lipat dari tahun 2023. Nilai rata-rata transaksi lintas negara per pelanggan diperkirakan akan melampaui nilai transaksi domestik, kecuali di Vietnam dan Indonesia.
Inisiatif seperti Regional Payment Connectivity (RPC) yang diikuti oleh enam negara di Asia Tenggara semakin mendorong perdagangan lintas negara. Kolaborasi ini bertujuan memperkuat dan menyederhanakan pembayaran antar negara dengan fokus pada pengembangan transaksi lintas negara yang lancar, efisien, dan hemat biaya.
Menurut survei yang dilakukan terhadap para pelaku usaha di Asia Tenggara yang menjual layanan dan produk ke luar negeri, 62% responden mengatakan bahwa nilai transaksi lintas negara rata-rata 21% lebih tinggi daripada transaksi domestik. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan yang signifikan dengan memperluas jangkauan pasar dan membangun kapasitas untuk melayani negara-negara sekitar.
Tantangan dan Solusi
Meskipun pertumbuhannya cukup menjanjikan, perdagangan di kawasan Asia Tenggara masih belum dimanfaatkan secara maksimal karena hanya mencakup sebagian kecil dari total perdagangan lintas negara di setiap pasar. Para pelaku usaha menghadapi kompleksitas dalam operasional mereka, termasuk tantangan dalam layanan pelanggan dan penyelesaian masalah, integrasi payment gateway, dan masalah teknologi.
Agnes Chua, Managing Director of Business and Product Development 2C2P, mengungkapkan bahwa pihaknya berupaya memberdayakan para pelaku bisnis untuk menghadapi tantangan-tantangan ini dengan menyediakan solusi pembayaran yang menyederhanakan operasional, meningkatkan kapabilitas lintas negara, dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini.
Gary Liu, General Manager Antom, Ant International, menambahkan bahwa pihaknya percaya bahwa sistem pembayaran bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga penggerak pertumbuhan bisnis. Melalui kolaborasi dengan 2C2P dan bisnis lain dalam ekosistem Ant International, mereka memberdayakan para pelaku usaha dengan solusi pembayaran dan digitalisasi terpadu yang mencakup seluruh siklus pembayaran sekaligus menjajaki peluang dalam layanan akun global, pembiayaan, dan manajemen kas untuk mendukung ekspansi mereka.
Dengan potensi pertumbuhan yang besar dan dukungan dari berbagai pihak, pasar e-commerce di Asia Tenggara siap untuk meledak dalam beberapa tahun mendatang. Para pelaku bisnis yang mampu beradaptasi dengan tren pembayaran digital dan memanfaatkan peluang perdagangan lintas negara akan menjadi yang terdepan dalam meraih kesuksesan di era digital ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News