Operator venue sangat memperhatikan kemajuan 5G, karena mereka mempertimbangkan kebutuhan untuk memenuhi tuntutan konektivitas dan penggunaan. Perkembangan AR/VR, kualitas video Ultra HD, dan pertumbuhan IoT menunjukkan ledakan jumlah pengguna dan lalu lintas data.
Hal ini juga berarti bahwa daya tarik untuk memperluas kapasitas dan cakupan jaringan semakin menarik. Tidak hanya bagi penyedia layanan seluler, tetapi juga bagi pemilik bisnis yang ingin terus memenuhi tuntutan teknologi yang berkembang ini.
Mengingat pengadopsian massal 5G yang tak terelakkan, banyak yang mulai mempertanyakan relevansi Wi-Fi. Bagaimana posisi Wi-Fi di dunia dengan standar baru jaringan 5G ini? Hal ini juga didorong oleh kesalahpahaman yang populer bahwa 5G dianggap akan menggantikan Wi-Fi, namun hal ini jauh dari kebenaran.
5G masih dalam masa pertumbuhan dan memiliki jalan panjang sebelum matang. Dalam banyak contoh, Wi-Fi akan tetap menjadi standar de-facto untuk perusahaan dan kemungkinan akan hidup berdampingan dengan 5G di tahun-tahun mendatang. Ada lima alasannya:
1. Harga untuk upgrade teknologi yang besar
Untuk setiap standar komunikasi seluler yang baru akan selalu muncul topik mengenai biaya yang tak bisa dielakkan.
Konektivitas 5G diperkirakan akan membebani perusahaan telepon seluler, pembuat chip, produsen perangkat, dan bahkan pengembang software sebesar USD200 miliar per tahun dalam penelitian dan pembelanjaan modal, agar konektivitas itu dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Akibatnya, kemungkinan harga yang tinggi itu bakal dibebankan kepada end-user.
Ini membuat Wi-Fi menjadi alternatif yang lebih terjangkau. Tak hanya lantaran Wi-Fi dapat menyajikan manfaat yang sama seperti 5G, namun juga karena kebanyakan perangkat di pasaran saat ini sudah mendukung Wi-Fi dan baru sedikit yang sudah kompatibel dengan 5G.
2. 5G akan dikomersialisasi pada tahun 2020
5G menjadi pusat perhatian dalam ajang Consumer Electronics Show (CES) dan Mobile World Congress (MWC) tahun ini, saat perusahaan seperti Huawei, Intel, Sprint dan Telstra mengumumkan smartphone 5G masing-masing dan meluncurkan rencana mereka untuk meraih porsi yang lebih besar dalam pembagian ‘kue’ 5G.
Meskipun komersialisasi diharapkan terwujud pada tahun 2020, pengadopsian 5G secara luas diperkirakan baru akan terjadi kemudian. Mengapa? Jawabannya sederhana: infrastruktur jaringan yang ada. Infrastruktur Wi-Fi di berbagai negara sudah banyak dan sudah bertahun-tahun digunakan.
Sebagai contoh, untuk pengadopsian 5G skala luas di Asia saja, setidaknya 90 hingga 100 juta rumah akan membutuhkan pemasangan perangkat yang membantu meningkatkan penerimaan seluler di dalam ruangan, yang dikenal dengan istilah femtocell.
3. Wi-Fi masih menjadi raja di area padat
Sinyal 5G, seperti 4G, adalah sumber daya bersama yang akan mengecil saat melayani lebih banyak entitas. Bayangkan sebuah ruangan dengan 10 orang berbagi koneksi 1GBps. Ini berarti setiap pengguna hanya menikmati 100MBps.
Coba perluas ini dalam skala yang lebih besar dan lebih padat dan Anda akan memahami mengapa sangat sulit untuk terkoneksi di sebuah festival, acara, dan konser.
Itulah mengapa 5G harus bergantung pada femtocell untuk meningkatkan kapasitas, cakupan, dan jangkauan data di area yang padat.
Dibandingkan dengan teknologi akses nirkabel lainnya, Wi-Fi sudah memiliki kemampuan untuk menyesuaikan skala sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, pada perhelatan Super Bowl 50 tahun 2015, Aruba menyediakan sambungan koneksi Wi-Fi yang tak terputus dengan kecepatan 3GBps selama lebih dari empat jam!
4. Pasar Wi-Fi berkembang lebih dari sebelumnya
Pasar untuk Wi-Fi diperkirakan naik tiga kali lipat dari USD 5,96 miliar pada tahun 2017 menjadi USD15,6 miliar pada tahun 2022. Ledakan perangkat mobile dan pengadopsian cepat BYOD dan IoT dalam perusahaan disebut sebagai beberapa faktor utama yang mendorong pertumbuhan ini.
Di saat yang sama, perkembangan Wi-Fi terbaru, seperti 802.11ax yang akan datang, bakal menyajikan kecepatan yang lebih cepat dan kinerja yang lebih baik di lingkungan dengan banyak perangkat yang terhubung sehingga ideal untuk ledakan jumlah perangkat hari-hari ini.
5. Bertumbuhnya kebutuhan akan konektivitas yang aman
Cyber security menjadi bahan pembicaraan di ruang-ruang rapat dan para pemimpin bisnis melihat adanya kebutuhan untuk menghubungkan perusahaan mereka secara aman, terutama di era mobile, IoT dan cloud.
Wi-Fi publik yang dulu punya reputasi buruk karena jaringannya dianggap tidak aman, kini teknologinya telah berkembang pesat, dan sekarang telah menjadi cara yang andal dan aman untuk terhubung.
Penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2023, lalu lintas data seluler bulanan per smartphone aktif di Asia Pasifik akan mencapai 1GB per bulan. Tidak mengherankan bahwa solusi-solusi baru yang pada akhirnya membawa kita pada kelahiran 5G, akan bermunculan.
Robert Suryakusuma, Country Manager for Indonesia, Aruba, Hewlett Packard Enterprise.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News