Jika DCS menargetkan perusahaan berskala besar semacam Google, Facebook atau Amazon, DSS menyasar perusahaan dengan skala lebih kecil, terutama yang bergerak di bidang keuangan, gas dan minyak bumi, perusahaan telekomunikasi, perusahaan riset dan perusahaan hosting. Perusahaan semacam ini membutuhkan data center yang memadai dan bisa mereka atur sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.
Dell melihat kebutuhan perusahaan terhadap datacenter yang tidak terlalu besar ini terus bertumbuh. Mereka memprediksi nilainya mencapai USD6 miliar.
Vice President, Enterprise Solutions, Dell untuk wilayah Asia Pasifik dan Jepang, Peter Marrs mengaku optimistis melihat pasar DSS di Indonesia. Pasalnya, walau pertumbuhan ekonomi melambat, tren e-commerce di Indonesia sedang meningkat. Di sisi lain, dunia perbankan juga agresif ekspansi ke berbagai daerah.
Karena itu, seperti ditambahkan Managing Director Dell Indonesia, Catherine Lian, Dell akan serius mengembangkan layanan mereka keluar Jakarta.
Selain Jakarta, Dell menargetkan konsumen di Surabaya, Makassar, Bandung, Semarang dan Balikpapan. Jika dilihat lebih dalam, keputusan Dell untuk merilis DSS sebenarnya hal wajar. Selain karena potensi pasar yang besar, perusahaan raksasa --atau hyperscale dalam istilah Dell-- semacam Google, Facebook dan Amazon, sudah merancang dan membuat server mereka sendiri. Dengan demikian, mereka bisa membuatnya berjalan sangat optimal di jaringannya, dan juga memotong biaya tambahan yang harus dikeluarkan jika menggandeng perusahaan lain semacam Dell.
Tetapi, tentu perusahaan yang punya kemampuan seperti perusahaan raksasa itu tidak banyak. E-commerce, misalnya, tak mungkin membuat dan membangun server atau datacenter mereka sendiri. Mereka lebih tepat menggunakan layanan DSS atau sejenisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News