Hal ini bisa dimengerti mengingat para pemain di industri IT itu baru mulai bisa bernafas lega karena disrupsi rantai pasok akibat pandemic belum sepenuhnya teratasi. Dengan latar belakang itulah Computrade Technology International (CTI Group) memilih tema “Getting Ahead of Global Disruption: Mitigating Business Turbulence for Operations Tomorrow” untuk acara tahunannya.
Golden Circle Club adalah ajang berbagi informasi dan bertukar pengalaman yang didesain untuk para pelaku industri IT. Dalam hal ini para eksekutif yang berasal dari perusahaan yang menjadi mitra bisnis CTI Group, mulai independent software developer (ISV) hingga system integrator.
Tiga pembicara hadir untuk mendiskusikan tema itu. Fajar B. Hirawan merupakan ekonom dan Head of Economy Department CSIS (Centre for Strategic and International Studies), Setijadi, Chairman Supply Chain Indonesia, dan juga Andries K. Indrajaya sebagai Vice President of ICT JNE.
Dalam sesi presentasinya, Fajar memaparkan materi dengan judul “Menjaga Momentum Pemulihan Ekonomi di Tengah Ancaman Krisis Global” dan memperlihatkan laporan dari World Economic Outlook (WEO) terbaru yang menyatakan International Monetary Fund (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen pada 2023, sementara untuk tahun ini, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global ada diangka 3,2 persen.
Meskipun adanya ancaman resesi ekonomi dunia, indikator makroekonomi Indonesia dalam pertumbuhan PDB dan inflasi masih terkendali, tentu ini masih perlu diwaspadai melihat situasi sekarang.
Ada 3 skenario economy outlook Indonesia yang disampaikan Fajar yaitu bearish (kemungkinan terburuk), mediocre (kemungkinan menengah), dan bullish (kemungkinan terbaik).
Untuk menghadapi skenario ini, perlu melihat perbandingan dari sisi global dan domestik bagaimana pertumbuhan PDB serta pencegahan yang dilakukan terkait kenaikan inflansi di lima (5) negara/kawasan besar tetap stagnan (AS, China, Jepang, India, UE).
Demi mendapatkan hasil yang positif (bullish) Fajar menekankan pentingnya menjaga daya beli masyarakat dari tersedianya komoditas berkat rantai pasok dan logistik.
Melihat kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu dikarenakan sejumlah isu mulai dari perang dagang antara USA dan Tiongkok, munculnya krisis politik seperti perang antara Rusia dan Ukraina hingga ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan membuat aktivitas perekonomian dan perdagangan secara global terganggu.
Ini menimbulkan disrupsi pada rantai pasokan yang mempengaruhi upaya pemulihan perekonomian dunia. Setijadi mengungkapkan pentingnya industri informasi teknologi (IT) dalam menjaga alur proses logistik dan mapping supply and demand dari sumber pasokan ke masyarakat.
Setijadi mengungkapkan IT menjadi satu hal yang bisa meningkatkan produktivitas dari segi logistik. Tidak mungkin kita bisa mengelola armada sekian banyak kalau kita tidak menggunakan IT.
Teknologi bisa mempercepat dan meningkatkan akurasi proses yang ada di logistik dan supply chain” ungkap Setijadi dalam sesi panel diskusi. Selain itu melakukan mapping supply and demand merupakan alur proses awal untuk dilakukan dan dalam menjalankan proses tersebut perlu adanya bantuan IT.
“Saat ini kita sangat lemah didata dan data tersebut tidak bisa kita kumpulkan dan kelola tanpa IT, sekarang sudah memasuki era big data dan itu bisa didukung oleh pelaku bisnis IT” jelasnya.
Rachmat Gunawan, Presiden Direktur CTI Group menegaskan komitmennya untuk terus mendukung dan mendorong inovasi melalui penyediaan teknologi informasi seperti AI, Hybrid Cloud, Big Data, Automation, dan lainnya melalui Kerjasama strategis dengan produsen teknologi itu.
Dalam pernyataan penutupnya Fajar yang menyebutkan bahwa industri IT dapat memanfaatkan keunggulan teknologi yang mereka miliki untuk berpartisipasi dalam pembangunan bersama proyek infrastruktur digital nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id