Mengutip Engadget, teknologi LG ini dapat membantu mengatasi kekurangan terbesar OLED selain teknologi mini LED, yaitu kecerahan keseluruhan yang kurang mumpuni. Seperti yang ditekankan LG Display, masing-masing piksel OLED memancarkan cahaya secara mandiri, artinya dapat sepenuhnya diaktifkan atau dinonaktifkan.
Hal ini memungkinkan TV untuk menampilkan warna hitam yang pekat tanpa bocoran cahaya seperti yang terlihat pada TV LED. Namun di saat bersamaan, piksel OLED tidak dapat mencapai level kecerahan yang sama dengan LED.
Rangkaian TV OLED saat ini dapat menampilkan level kecerahan tertinggi hingga sekitar 500 hingga 600 nits, sedangkan TV mini LED dapat mencapai 2.000 nits dan lebih tinggi. Untuk menjadikan layar TV OLED lebih terang, teknologi OLED EX (Evolution/eXperience) menggunakan senyawa deuterium.
Senyawa ini akan memungkinkan diode pemancar cahaya untuk memancarkan cahaya dengan lebih kuat, sembari mempertahankan efisiensi tinggi untuk jangka waktu lama, setelah distabilisasikan.
OLED EX juga memungkinkan peningkatan akurasi warna, diperkirakan menggunakan algoritma untuk memprediksi penggunaan dari 33 juta diode OLED di layar 8K. Dengan demikian, diklaim dapat dengan presisi mengendalikan input energi layar untuk secara lebih akurat mengekspresikan detail dan warna konten video yang diputar.
LG Display juga memperbarui desain dengan mengurangi ketebalan sebesar 30 persen dan ukuran bezel dari 6mm menjadi 4mm pada layar OLED berukuran 65 inci. Namun, LG tidak mengungkap rencananya terkait menghadirkan teknologi ini ke pasar.
Sebagai pengingat, penjualan TV OLED meningkat sebesar 70 persen pada tahun 2020, meski mengalami penurunan sebesar 12 persen di pasar TV global. Dengan teknologi OLED EX barunya, LG menargetkan untuk menyediakan pengalaman konsumen lebih inovatif dan high-end melalui evolusi teknologi, algoritma dan desain OLED.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News