Narasumber Reuters mengklaim bahwa Broadcom akan meningkatkan tawaran mereka untuk mengakuisisi Qualcomm dari USD70 (Rp971 ribu) per saham menjadi sekitar USD80-82 (Rp1-1,1 juta) per saham.
Ini adalah kenaikan yang signifikan. Padahal, tawaran dari Broadcom sebelumnya juga sudah memecahkan rekor. Tidak hanya itu, Broadcom juga menawarkan uang ganti rugi yang "lebih tinggi dari biasanya" jika regulator menggagalkan akuisisi ini.
Biasanya, biaya uang ganti rugi adalah sekitar tiga atau empat persen dari total tawaran akuisisi. Dikabarkan, Broadcom akan mengajukan penawaran baru ini pada 5 Februari mendatang.
Ada kemungkinan Qualcomm akan menerima penawaran ini, mengingat pada awalnya, alasan mereka menolan tawaran Broadcom adalah karena tawaran tersebut "merendahkan secara signifikan" nilai dari Qualcomm, perusahaan yang dianggap sebagai salah satu pilar utama dalam dunia seluler.
Pada saat yang sama, Broadcom tidak menjawab kekhawatiran Qualcomm. Qualcomm menyebutkan bahwa akuisisi ini bisa memakan waktu selama 18 bulan dan memiliki risiko tinggi. Sementara Broadcom yakin bahwa perjanjian ini bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Jika Qualcomm memang diakuisisi oleh Broadcom, perusahaan gabungan keduanya akan mendominasi banyak aspek dalam industri jaringan nirkabel, mulai dari chipset sampai infrastruktur telekomunikasi. Pihak regulator khawatir hal ini akan menciptakan monopoli.
Meskipun Qualcomm menolak tawaran baru Broadcomm, ada kemungkinan mereka akan terus mencoba. Broadcom tampaknya berkeras untuk memperluas portofolio produk 5G mereka dan tidak banyak perusahaan yang lebih menggiurkan dari Qualcomm.
Pertanyaannya adalah apakah Broadcom akan dapat memberikan penawaran yang tidak bisa Qualcomm tolak. Qualcomm bisa saja menolak tawaran Broadcom karena ingin tetap menjadi perusahaan mandiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News