Foto: Cisco
Foto: Cisco

Era Keamanan Siber Berbasis AI Tak Bisa Lagi Pakai Strategi Tambal Sulam

Mohamad Mamduh • 31 Oktober 2025 13:04
Jakarta: Lanskap keamanan siber saat ini semakin kompleks dan terfragmentasi, memaksa organisasi untuk mengandalkan berbagai solusi yang terisolasi. Namun, pendekatan tambal sulam ini justru meningkatkan kerentanan dan risiko.
 
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Medcom.id, Peter Bailey, SVP dan GM Keamanan di Cisco, mengungkapkan visi perusahaan untuk menyederhanakan operasi keamanan melalui platform terintegrasi berbasis kecerdasan buatan (AI), Cisco Security Cloud.
 
Cisco Security Cloud dirancang untuk melindungi organisasi dari berbagai ukuran di seluruh titik akhir, jaringan, dan lingkungan cloud. Dengan menyatukan operasi keamanan, Cisco memungkinkan respons yang lebih efektif terhadap ancaman yang terus berkembang. Bailey menekankan bahwa di era AI, perlindungan real-time di seluruh lingkungan yang kompleks sangat krusial.

Akuisisi besar seperti Splunk memperkuat posisi Cisco dalam evolusi AI di bidang keamanan. Bailey menjelaskan bahwa dengan Splunk, Cisco menggabungkan kekuatan penuh jaringan dengan solusi keamanan dan observabilitas terdepan di pasar, memberikan pandangan terpadu dan real-time dari seluruh lanskap digital.
 
" Ini memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan AI tidak hanya untuk deteksi, tetapi juga untuk mengorkestrasi, mengotomatisasi, dan mempercepat seluruh siklus hidup ancaman—mulai dari identifikasi dan prioritas hingga penahanan dan remediasi," ungkap Peter.
 
AI juga membawa risiko baru bagi lingkungan Teknologi Operasional (OT) dengan menciptakan vektor serangan baru dan memperluas permukaan serangan. Cisco memprioritaskan strategi yang mengintegrasikan keamanan IT dan OT untuk visibilitas dan kontrol terpadu di semua lingkungan. Arsitektur keamanan terpadu ini menggabungkan jaringan, keamanan siber, dan keahlian industri yang mendalam.
 
Solusi seperti Cisco Cyber Vision memberikan wawasan real-time ke dalam jaringan industri, membantu organisasi mengidentifikasi ribuan aset, memahami peran mereka, dan menerapkan kebijakan keamanan seperti segmentasi untuk mengurangi risiko.
 
Konsep Zero Trust telah diterima secara luas, namun implementasinya dalam skala besar masih menjadi tantangan. Peningkatan jumlah perangkat, beragam persona pengguna, dan konektivitas yang selalu aktif telah memperluas permukaan serangan.
 
Tantangan utama meliputi integrasi sistem lama, pengelolaan banyak alat keamanan, dan penerapan kebijakan di seluruh lingkungan cloud dan on-premise. Kompleksitas penerapan mikro-segmentasi, persyaratan penting untuk Zero Trust, seringkali sulit dijangkau oleh sebagian besar organisasi.
 
Cisco percaya bahwa keamanan harus tertanam dalam jaringan itu sendiri, dan visibilitas yang disediakan oleh jaringan adalah kunci untuk implementasi Zero Trust yang efektif. Perusahaan telah menggabungkan kemampuan Cisco Hybrid Mesh Firewall dengan Universal Zero Trust Network Access (UZTNA) untuk menciptakan platform terpadu yang memberikan penegakan Zero Trust ujung ke ujung, dikelola secara terpusat melalui Cisco Security Cloud Control, dan menggunakan AI untuk membantu merancang serta mendorong kebijakan penegakan dan mikro-segmentasi. Pendekatan ini memberikan platform manajemen keamanan terpadu dengan visibilitas yang konsisten, otomatisasi kebijakan, dan verifikasi kepercayaan di mana saja.
 
Dalam menghadapi ketegangan geopolitik saat ini, serangan siber semakin digunakan sebagai senjata. Bailey menekankan bahwa kemitraan publik-swasta yang efektif dibangun di atas kepercayaan, transparansi, dan tujuan bersama.
 
"Berbagi intelijen ancaman secara real-time dan perencanaan respons bersama sangat penting. Cisco bekerja sama dengan pemerintah di seluruh dunia untuk meningkatkan ketahanan siber dengan menyediakan keahlian, sumber daya, dan intelijen yang dapat ditindaklanjuti."
 
Sebagai contoh, di bawah program Country Digital Acceleration (CDA) di Singapura, Cisco telah bermitra dengan Cybersecurity Agency of Singapore untuk meningkatkan ketahanan siber dan digital negara melalui berbagi intelijen ancaman, pembangunan kapasitas, dan pengembangan talenta. Ini menunjukkan bagaimana kemitraan publik-swasta dapat mengubah strategi menjadi hasil nyata, memperkuat ketahanan digital, dan memungkinkan respons terkoordinasi terhadap ancaman.
 
Nasihat utama Bailey untuk CISOs dan pemimpin pemerintah dalam membangun ketahanan siber sejati adalah fokus pada visibilitas real-time, respons cepat, dan pendekatan keamanan berbasis platform, didukung oleh arsitektur modern dan terintegrasi. Penting juga untuk menyelaraskan orang, proses, dan teknologi agar tim dapat memberikan respons cepat saat ancaman terdeteksi.
 
"Pengujian rutin, latihan respons insiden, dan pelatihan keterampilan berkelanjutan membantu membangun budaya kesiapan. Dengan berfokus pada area-area ini, organisasi dapat lebih baik bertahan dan pulih dari serangan terberat sekalipun."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan