Agentic AI dalam bentuk avatar manusia untuk pelayanan kesehatan.
Agentic AI dalam bentuk avatar manusia untuk pelayanan kesehatan.

InterSystems Bawa Agentic AI untuk Transformasi Layanan Kesehatan

Arif Wicaksono • 04 September 2025 16:27
Jakarta: Teknologi kecerdasan buatan (AI) tengah memasuki fase baru yang lebih berani Agentic AI yang lebih modern dari generative AI (GenAI) yang selama ini dikenal mampu menulis catatan medis atau merangkum riwayat pasien. 
 
Agentic AI akan melangkah lebih jauh dengan bukan hanya menulis hasil diagnosa kesehatan, tapi juga mengeksekusi tindakan nyata dalam sistem kesehatan. CEO, Founder, and Owner, InterSystems Phillip T. (Terry) Ragon menegaskan dunia kesehatan kini berada di persimpangan besar dengan berkembangnya Agentic AI. 
 

“Ada empat kekuatan utama yang membentuk industri ini. Pertama, bagaimana rumah sakit menarik pasien dengan layanan berkualitas tinggi. Kedua, bagaimana mendukung tenaga kesehatan agar terhindar dari burnout. Ketiga, bagaimana memanfaatkan data lintas sistem. Dan terakhir, peran AI yang kini memasuki fase baru melalui Agentic AI.” jelas dia, Rabu, 3 September 2025. 
 
Selama satu dekade terakhir, AI di kesehatan banyak digunakan untuk prediksi dengan mulai dari risiko diabetes hingga kemungkinan pasien membatalkan janji temu. Fase berikutnya, yakni GenAI, memungkinkan mesin menyusun ringkasan kunjungan, catatan keluar, hingga rekomendasi pengobatan.

Namun, masa depan yang digambarkan Intersystem jauh lebih ambisius. Agentic AI dirancang untuk menjalankan workflow kompleks dengan mulai dari menjadwalkan operasi, memesan kamar rawat inap, hingga mengurus otorisasi asuransi. Semua bisa dilakukan secara otomatis, dengan dokter tetap memegang kendali akhir.
 
“Bukan lagi dokter yang harus menelepon laboratorium atau memastikan ruang rawat tersedia. AI-lah yang akan mengurus semuanya mulai dari tes darah, rujukan ke spesialis, pemesanan kamar, hingga pengingat bagi pasien. Dokter cukup meninjau dan menyetujui.” jelas dia.
 
Salah satu masalah terbesar di dunia medis adalah beban administratif. Dokter menghabiskan lebih banyak waktu mengetik di komputer ketimbang berinteraksi langsung dengan pasien. Dengan IntelliCare, sistem rekam medis generasi baru berbasis AI milik Intersystem, interaksi ini akan berubah.
 
AI tidak lagi sekadar “menyarankan”, tetapi juga “bertindak”. Dokter akan mendapati catatan pasien otomatis terdokumentasi, tindak lanjut sudah terjadwal, bahkan notifikasi perawatan terkirim tanpa perlu klik berulang. Cara ini pun bisa menyediakan lebih banyak waktu berkualitas untuk merawat pasien.
 
Meski Agentic AI terdengar revolusioner, Intersystem menekankan pentingnya “human in the loop.”, dia mengatakan ada alur kerja yang bisa sepenuhnya diotomatisasi, seperti penjadwalan. Namun, instruksi sensitif kepada pasien tetap harus ditinjau tenaga medis. 
 
Intersystem pun mengintegrasikan GenAI ke IntelliCare sehingga dalam masa depan Agentic AI menjadi orkestrator penuh jalannya perawatan pasien. Dari mengurangi beban kerja klinis hingga menyusun jalur perawatan otomatis, AI akan menjadi mitra aktif dalam layanan kesehatan.
 
“Ini baru permulaan kami membangun sistem untuk masa kini, sekaligus membuka jalan bagi masa depan di mana AI bukan hanya asisten, melainkan agen yang benar-benar membantu menyelamatkan nyawa.” tegas dia.
 
Dia menuturkan platform multimodel, terukur, dan patuh. Ini memungkinkan data relasional, dokumen, objek, deret waktu, dan sekarang data vektor untuk kasus penggunaan GenAI hidup berdampingan dalam satu arsitektur. Bidang data tunggal ini memungkinkan aplikasi modern sambil menyematkan AI secara asli.
 
“Sangat mudah ditingkatkan. Misalnya, Epic, salah satu EMR terbesar secara global , berjalan di atas IRIS ( InterSystems IRIS Data Platform). Kami secara konsisten menjaga platform kami tetap di depan tuntutan pelanggan terbesar mereka, meningkatkan skala dari beberapa juta akses basis data per detik menjadi hampir 200 juta saat ini,” tegas dia.
 
Dia menjelaskan mesin interoperabilitas Health Connect, tertanam di semua produk untuk mendukung HL7, FHIR, X12, CSV, dan banyak lagi untuk memungkinkan transformasi data yang mulus. Dengan adopsi FHIR yang berkembang di seluruh dunia, Intersystem menyediakan kemampuan FHIR penuh sebagai lapisan interoperabilitas, konverter, dan repositori FHIR.
 
HealthShare menyatukan data di seluruh komunitas, wilayah, atau beberapa rumah sakit sehingga mendukung kasus penggunaan seperti data di titik perawatan, notifikasi, analitik, dan koordinasi perawatan. Intinya adalah model data terpadu yang menggabungkan, menghilangkan duplikasi, dan menormalkan data untuk digunakan di berbagai pasar dan aplikasi. 
 
“Sementara itu TrakCare adalah rekam medis elektronik (RME) kami yang sudah mapan,” tegas dia.
 
Dia menambahkan IntelliCare adalah pengalaman EHR generasi berikutnya yang disematkan AI. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban klinisi dengan membuat interaksi intuitif untuk mengalihkan fokus kembali ke perawatan pasien alih-alih entri data. IntelliCare menyematkan kemampuan GenAI seperti dokumentasi ambient, asisten pengkodean, dan alur kerja antisipatif.

Peran Teknologi Kesehatan

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Namun, dari 185 juta penduduk usia produktif, hanya terdapat sekitar 50.000 dokter spesialis yang siap melayani kebutuhan kesehatan masyarakat. Ketimpangan ini menciptakan tantangan besar bagaimana tenaga medis yang terbatas bisa tetap memberikan layanan berkualitas tinggi untuk jutaan pasien?
 
Regional Managing Director, Asia Pacific, InterSystems Luciano Brustia menuturkan dengan beban tenaga kesehatan yang besar dan kebutuhan pelayanan yang terus meningkat, Indonesia berada di posisi strategis untuk memanfaatkan teknologi kesehatan sebagai pendorong pemerataan layanan. AI, data platform, dan sistem EMR adalah kunci untuk mempercepat transformasi ini.
 
“Teknologi bukan hanya soal efisiensi. Di Indonesia, teknologi adalah solusi nyata untuk mengatasi keterbatasan jumlah spesialis dan memastikan layanan kesehatan tetap menjangkau semua orang.” tegas dia.
 
Dia menjelaskan selama lebih dari 25 tahun, InterSystems membangun ekosistem kesehatan digital di Asia  mulai dari Tiongkok dan Jepang, hingga Singapura dan Jakarta. Kini, dampaknya mulai terasa di Indonesia, terutama melalui kemitraan dengan startup lokal maupun regional.
 
Salah satu contohnya adalah Zkeya, startup yang memanfaatkan IRIS untuk menyediakan solusi rekam medis elektronik (EMR) yang lebih mudah diakses. Saat ini, lebih dari 100 rumah sakit di Indonesia sudah menggunakan teknologi Zkeya.  Kehadiran mitra lain seperti MyClinic, ICS, dan SP Engineer dari Singapura juga memperkuat ekosistem digitalisasi rumah sakit di tanah air.
 
Dia menambahkan Malaysia menunjukkan adopsi digital bisa membawa rumah sakit hingga ke Tahap 7 EMRAM, level tertinggi dalam pengakuan adopsi teknologi medis. Jika roadmap digitalisasi di Indonesia konsisten, peluang menuju standar serupa negeri jiran itu sangat terbuka lebar. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan