Laporan tersebut mengungkapkan bahwa terdapat 33 ancaman terbaru dan teridentifikasi, pada 2022 telah ditemukan lonjakan ancaman yang berbasis identitas dan eksploitasi sistem jaringan, hal tersebut diketahui dari kelompok pengintai asal Tiongkok, China-Nexus.
Selain itu, laporan ini dibuat oleh tim CrowdStrike yang prominen di dunia, dalam pembuatan laporan ini mereka memanfaatkan data dari jutaan peristiwa harian yang dilandasi oleh platform Crowdstrike Falcon, serta pengetahuan yang dalam dari CrowdStrike Falcon OverWatch.
Terdapat beberapa sorotan utama pada laporan 2023 ini. Diantaranya adalah terdapat 71 persen serangan yang terdeteksi bebas dari software berbahaya atau biasa disebut dengan malware. Tren tersebut naik dari 62 persen pada 2021 silam. Sedangkan untuk konfidensialitas atau gangguan yang muncul dari keyboard langsung meningkat hingga 50 persen di 2022 silam.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa sekarang ancaman digital semakin canggih dan bisa meretas sesuatu dengan sangat mudah. Hal tersebut juga didukung dengan kemajuan teknologi. Tidak lupa, biasanya kejahatan siber juga selalu memanfaatkan virus untuk mencuri sebuah data sehingga manusia sendiri harus bisa mengakali perlindungan virus dan meningkatkan pertahanan perangkat.
Selain itu, terdapat 33 ancaman terbaru yang telah disosialisasikan. Menurut pemantauan CrowdStrike, Scattered Spider juga sangat produktif bersamaan dengan Slippy Spider yang mempunyai target para perusahaan. Jadi, sangat disarankan untuk para perusahaan juga harus memperhatikan beberapa standar pertahanan data dan privasi yang sensitif.
Terdapat juga ancaman yang mengancam dalam bentuk mengeksploitasi kerentanan perangkat yang juga semakin marak dilakukan sejak 2021. Pelaku eCrime biasanya meminta uang tebusan untuk mengembalikan data yang telah diretas atau dicuri.
Namun, selain meminta uang, mereka juga biasanya melakukan kampanye pencurian dan pemerasan data. Hal tersebut sudah dilaporkan oleh CrowdStrike dan meningkat menjadi 20 persen pada 2022 silam.
Pada bidang industri global, kelompok pengintai Tiongkok melonjak di 39 sektor dan 20 wilayah geografis yang dilacak oleh CrowdStrike Intelegence. Aktivitas tersebut meningkat dalam menunjukkan bahwa organisasi di seluruh dunia harus selalu waspada terhadap ancaman yang datang dari Beijing.
Perlu diketahui bahwa proses pembobolan yang dilakukan para penjahat siber adalah 84 menit, prosesnya semakin dari sebelumnya, yang memakan waktu hingga 98 menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa peretasan atau pembobolan data menjadi semakin cepat dan akan terus menurun dari angka durasi.
CrowdStrike juga memberikan peringatan terkait ancaman yang datang dari Rusia yang diberi nama BEAR, dan Deadeye Hawk dari jaringan Suriah. Dengan begitu, semua orang harus waspada terkait ancaman-ancaman yang datang dari internet, karena ancaman tersebut bisa datang dari mana saja dan kapan saja. (Christopher Louis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News