Bagi organisasi berskala besar, angka ini setara dengan penambahan pendapatan tahunan sebanyak Rp650 miliar. Laporan Demystifying Data 2022 yang diprakarsai oleh AWS dan disusun oleh Deloitte Access Economics, dibuat berdasarkan survei terhadap 523 pejabat senior pengambil keputusan di berbagai organisasi bisnis di Indonesia.
Dalam survei tersebut, diukur kematangan data organisasi responden – yaitu, sejauh mana sebuah organisasi menggunakan data yang mereka hasilkan – menggunakan skala lima angka yang berkisar dari Dasar dan Pemula (Basic and Beginner - strategi data terbatas atau bahkan tidak ada, tidak ada upaya efektif untuk menangkap atau menganalisis data).
Kemudian ke level Menengah (Intermediate - strategi data yang berkembang, data dianalisis berdasarkan kebutuhan saja), hingga Tingkat Lanjut dan Penguasaan (Advanced dan Mastery - strategi data yang mencakup seluruh organisasi, dengan tingginya frekuensi pelibatan analitik dalam proses pengambilan keputusan).
Lebih dari separuh (57 persen) organisasi yang disurvei di Indonesia berkisah bahwa menangkap dan menganalisis data secara efektif dapat menghasilkan peningkatan penjualan dan pendapatan, peningkatan produktivitas (56 persen), dan memungkinkan inovasi (54 persen).
Namun, laporan tersebut menemukan bahwa meskipun kian banyak hal yang dapat dilakukan dengan kekuatan data di dunia yang semakin digital ini, ternyata 88 persen organisasi di Indonesia masih dalam tahap kematangan data Dasar dan Pemula.
Organisasi responden di sektor informasi, media, dan telekomunikasi menempati peringkat tertinggi dalam skala kematangan data, di mana 69 persen dari organisasi-organisasi ini berada pada level Tingkat Lanjut atau Penguasaan, diikuti oleh organisasi di sektor keuangan dan asuransi (50 persen), dan perdagangan grosir (50 persen).
Sebaliknya, organisasi di sektor pendidikan dan pelatihan serta konstruksi memiliki tingkat kematangan data terendah, dengan hanya kurang dari 30 persen organisasi yang disurvei di sektor industri ini meraih tingkat kematangan data Tingkat Lanjut atau Penguasaan.
Meski jelas terdapat manfaat dari upaya peningkatan kematangan data, banyak organisasi di Indonesia yang masih menghadapi berbagai tantangan dalam melakukan hal ini.
Hambatan utama yang paling banyak dicetuskan organisasi dalam survei tersebut adalah dalam penggunaan data dan alat-alat serta teknologi analitik (46 persen), diikuti oleh kurangnya pendanaan (30 persen).
Kenyataan ini diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19, 52 persen dari pelaku bisnis mengakui bahwa sejak terjadinya pandemi, prioritas utama mereka adalah bagaimana caranya bertahan, dan ini berujung pada berkurangnya sumber daya yang tersedia untuk data dan analitik.
Selain itu, 44 persen dari organisasi-organisasi ini menyebutkan keamanan dan risiko data sebagai hambatan lain, yang dapat menimbulkan biaya dalam jumlah cukup besar.
“Seiring dengan meningkatnya investasi organisasi-organisasi ini untuk transformasi digital, tercipta peluang untuk perluasan penggunaan data demi meningkatkan produktivitas, menghasilkan imbal hasil finansial bagi bisnis mereka, serta dampak positif pada ekonomi."
"Meski begitu, berdasarkan riset ini, hanya 5 persen dari organisasi di Indonesia yang telah melakukan investasi untuk teknologi, talenta dan proses yang dibutuhkan dalam upaya memaksimalkan potensi data yang mereka miliki secara penuh,” papar Rio Ricardo, Direktur Artificial Intelligence & Data, SEA, Deloitte.
“Berinvestasi untuk solusi cloud akan membantu bisnis mempercepat tingkat kematangan data mereka dan memperoleh wawasan berbasis data. Faktanya, bisnis yang sudah menggunakan cloud memiliki peluang 60 persen lebih besar untuk mengalami peningkatan produktivitas sebagai manfaat penggunaan data dan analitik, dibandingkan dengan bisnis yang belum mengadopsi cloud."
"Untuk dapat secara efektif mengubah data menjadi keuntungan bisnis, organisasi harus memiliki peta jalan yang jelas dan praktis sebagai panduan dalam meningkatkan kematangan data, berinvestasi untuk menarik dan mempertahankan talenta, serta memanfaatkan teknologi yang tepat untuk menuai manfaat penuh.”
Selama satu tahun ke depan, jumlah pekerja Indonesia yang membutuhkan pelatihan keterampilan digital untuk mendukung pekerjaan mereka diproyeksikan meningkat sebanyak 17,2 juta orang, mewakili 13 persen dari jumlah angkatan kerja Indonesia.
Namun, hampir separuh organisasi di Indonesia (44 persen) mengeluhkan kurangnya akses ke sumber daya terampil, yang mereka anggap sebagai hambatan dalam mengembangkan kemampuan data dan analitik mereka.
Menurut laporan tersebut, 37 persen dari organisasi yang disurvei lebih memilih untuk meningkatkan keterampilan karyawan mereka saat ini dan mengembangkan kemampuan data dan analitik mereka, sementara 29 persen lain memilih mengakuisisi keterampilan dengan merekrut talenta baru.
Guna membantu lebih banyak organisasi mengakselerasi peningkatan kematangan data mereka, AWS mengumumkan peluncuran AWS Data Lab di ASEAN. AWS Data Lab adalah program gratis yang mempertemukan pelanggan dengan pakar data AWS untuk memecahkan tantangan data yang kompleks dengan cara yang nyata, menggunakan solusi AWS.
Dalam skema kerja sama ini, Arsitek Solusi dari AWS Data Lab dan pakar layanan AWS akan mendampingi pelanggan dengan memberikan panduan, berbagi praktik terbaik, dan menghilangkan hambatan teknis.
Sebagai hasilnya, pelanggan akan mendapatkan sebuah purwarupa yang sesuai dengan kebutuhan mereka, jalur menuju produksi, dan pengetahuan yang lebih dalam tentang layanan AWS. AWS Data Lab di ASEAN merupakan bagian dari jaringan lab global termasuk di Australia, Selandia Baru, Brasil, Korea, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
AWS memiliki komitmen tinggi untuk membantu Indonesia mengatasi kekurangan talenta dengan keterampilan digital dan cloud melalui pendidikan digital. AWS telah melatih lebih dari 300.000 individu di Indonesia dan membekali mereka dengan keterampilan cloud sejak 2017.
AWS menawarkan berbagai kursus digital mandiri seperti Data Analytics Fundamentals (Dasar-dasar Analitik Data) serta sertifikasi yang diakui industri seperti kredensial AWS Certified Data Analytics, yang ditujukan bagi individu yang memiliki pengalaman dan keahlian bekerja dengan layanan AWS untuk merancang, membangun, mengamankan, dan memelihara solusi analitik.
“Data dapat menjadi sumber pertumbuhan yang sangat berharga bagi organisasi di Indonesia. Kuncinya adalah mengenali nilai inheren dari data, menganalisisnya secara efektif, dan menciptakan sebuah budaya berbasis data,” kata Gunawan Susanto, Country Manager, Indonesia, AWS.
“Di RupaRupa, sejak tahun 2021 kami memusatkan para pakar data kami ke dalam satu tim, dan ini merupakan langkah penting untuk mendorong konsistensi dalam seluruh metode pengumpulan data, serta mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan wawasan (insight) yang relevan dengan bisnis kami,” kata Maulana Christanto, Chief Experience & Analytics Officer RupaRupa.
“Sebagai sebuah tim, fokus kami adalah untuk menjalankan bukti konsep pada AWS, yang memungkinkan kami untuk bereksperimen dengan cepat tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya overhead, serta untuk mendapatkan dukungan dari manajemen senior seiring dengan berkembangnya kemampuan tim kami."
"Sebagai contoh, kami memanfaatkan teknologi pembelajaran mesin seperti Amazon Personalize untuk memberikan rekomendasi produk pilihan kepada pelanggan kami berdasarkan minat belanja mereka di situs web kami."
"Inovasi ini ternyata berhasil meningkatkan rasio klik-tayang (click-through) untuk rekomendasi produk, dari 5 persen hingga 9 persen, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik dengan mengutamakan kebutuhan mereka.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News