Sesi bertajuk AI for Better Cultural & Traditional Awareness pada AIDEA WEEKS pekan kedua (Foto: Medcom.id/Sheva Asyraful)
Sesi bertajuk AI for Better Cultural & Traditional Awareness pada AIDEA WEEKS pekan kedua (Foto: Medcom.id/Sheva Asyraful)

AI Jadi 'Penerjemah' Pengetahuan yang Hidupkan Sejarah dan Budaya Indonesia

Muhammad Syahrul Ramadhan • 15 November 2025 07:15
Jakarta: Kecerdasan Buatan (AI) tidak hanya mengubah ranah seni kontemporer, tetapi juga membuka babak baru dalam pelestarian dan reinterpretasi warisan budaya dan tradisi lokal Indonesia. 
 
Dalam sesi bertajuk "AI for Better Cultural & Traditional Awareness" pada AIDEA WEEKS pekan kedua, AI dipandang sebagai alat yang mampu membawa cerita-cerita masa lalu kembali hidup untuk generasi mendatang.
 
​Sesi diskusi ini dimoderatori oleh Rayan Muktiaki (Chairman AIW 2025 Hoop Creative), dengan menghadirkan narasumber Azhar Muhammad Fuad (Founder Lotus, Curaweda Tech) dan Gustav Anandhita (Founder & Akademisi, AI Nusantara).

​"Blue Ocean" Sejarah dan Etika Digital

​Azhar Muhammad Fuad melihat sektor sejarah dan budaya sebagai area yang sangat potensial (blue ocean) untuk dieksplorasi dengan AI. Menurutnya, teknologi ini dapat menjadi penjaga yang efektif.  

​"Yang bagi kita saat ini sangat blue ocean adalah sektor sejarah dan budaya. Karena akurasi sejarah itu harus dipertahankan, AI justru membantu kita menjaga itu,” Tegasnya.
 
Meski demikian, Azhar menekankan bahwa pemanfaatan AI pada sektor budaya harus berlandaskan etika digital. Proses mulai dari input data, riset, hingga output visual wajib mengikuti kaidah yang disetujui pihak berwenang, baik ahli sejarah, budayawan, maupun institusi resmi.
 
Gustav Anandhita turut membagikan pengalamannya ketika awal memanfaatkan AI. Ia mengaku pernah membuat visual Istana Majapahit hanya berdasarkan sedikit data. Tanpa disangka, visual tersebut diliput media nasional seolah-olah wujud asli istana.
 
​“Dari situ muncul tanggung jawab moral. Lalu dari situ saya mengajukan proposal penelitian, yaitu kita seriusin dengan teknologi AI ini, agar dia bisa mempercepat visual kita, datanya kita perbaiki, inputannya kita perbaiki, sehingga muncul visual yang lebih bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Gustav.  

AI sebagai Penerjemah Kolaboratif

Gustav memandang AI sebagai medium baru yang memainkan peran penting dalam pelestarian budaya dan produksi sejarah visual.
 
“AI menjadi medium baru, medium yang mampu menghidupkan kembali para tokoh masa lalu. Cerita mereka bisa kembali hidup, ide-ide mereka bisa kembali muncul,” katanya.
 
​Gustav menambahkan bahwa AI secara unik memfasilitasi kolaborasi multidisiplin. “AI membuka kolaborasi di segala bidang. Ia bekerja seperti penerjemah dari seluruh pengetahuan,” ungkap Gustav.
 
​Dalam proyek mereka, kolaborasi dilakukan antara arsitek, ilmu komputer, desainer, sejarawan, arkeolog, hingga budayawan, semuanya terlibat dalam diskusi yang dipercepat oleh visualisasi AI.  

​Keseimbangan Teknologi dan Tradisi


​Menjawab tantangan untuk menjaga keseimbangan antara teknologi dan tradisi, Azhar Fuad menjelaskan bahwa timnya menempatkan AI untuk mempercepat proses produksi, sementara nilai dan autentisitas dijaga ketat di tahap pra-produksi.
 
​“Kami bisa membuat film kolosal 10 menit dalam 20 hari. Tapi proses pra-produksi kami itu tiga bulan,” ungkap Azhar.  
 
​Proses pra-produksi yang intensif itu melibatkan literasi mendalam dan diskusi bersama 15 orang lebih pakar, termasuk arkeolog, sejarawan, dan budayawan. 
 
Mereka memastikan detail terkecil, seperti warna kulit purba atau kostum, divalidasi dan memiliki dasar historis, meskipun terkadang harus melakukan penyesuaian untuk tujuan edukasi (misalnya, isu ketelanjangan pada manusia purba).  

​Dampak Nyata di Institusi Budaya

​Penggunaan AI untuk menghidupkan sejarah telah memberikan dampak positif yang signifikan. Azhar menyebutkan, setelah pemasangan museum AI oleh Curaweda, kunjungan ke Keraton Kasunanan Cirebon meningkat hingga dua kali lipat, dan 50% dari total kunjungan adalah kunjungan ke museum AI.  
 
​“Ternyata sejarah kita itu bisa diajarkan dengan cara yang menarik, tidak usah textbook banget,” ujar Azhar, seraya menambahkan bahwa anak-anak muda menjadi salah satu segmen yang paling antusias. 
 
Ia menyimpulkan, AI adalah teknologi yang sepatutnya membantu kita untuk hal positif, salah satunya dalam menjaga dan memelihara budaya.  
 
(Sheva Asyraful Fali)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RUL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan