Para pemimpin wanita dari berbagai perusahaan teknologi terkemuka menyuarakan urgensi untuk meningkatkan keberagaman gender guna mendorong inovasi dan mengatasi kekurangan talenta di industri pusat data.
Diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Lorraine Salazar, Senior Knowledge Expert dari McKinsey & Company, dibuka dengan data. Salazar menyebutkan bahwa meskipun tim yang beragam terbukti 40% lebih berkinerja lebih baik, representasi perempuan di industri pusat data secara global masih di bawah 10%. "Saya pikir kita terlalu terwakili di sini hari ini. Inilah yang ingin kita lihat lebih banyak," ujarnya.
Para panelis, yang berasal dari berbagai spektrum ekosistem pusat data, berbagi antusiasme mereka terhadap peran yang mereka mainkan. Tidaporn Santimanawong, Head of Cloud Engineering di Oracle, menekankan dampak luas pusat data yang melampaui aplikasi populer seperti ChatGPT. "Menjangkau pendidikan di pedesaan , layanan perbankan untuk asosiasi kecil , hingga layanan kesehatan jarak jauh, semuanya membutuhkan pusat data," katanya.
Amandine Wong, Chief Commercial Officer di Empyrion Digital, melihat era AI sebagai momen untuk menjadi kreatif. Ia menjelaskan bagaimana inovasi dalam teknologi konstruksi, seperti pusat data prefabrikasi, dapat secara signifikan mengurangi waktu pembangunan dari 24 bulan menjadi kurang dari 12 bulan.
Perubahan ini tidak hanya krusial untuk kecepatan AI, tetapi juga membuka peluang baru. "Ini berarti akan ada lebih sedikit pekerjaan fisik di lokasi, namun membutuhkan keahlian baru dalam logistik, manajemen, dan bahkan hubungan pemerintah, di mana perempuan memiliki peluang yang setara," jelas Wong.
Menjawab tantangan kekurangan staf dan bias gender, para pembicara menawarkan solusi konkret. Helen Del Mar, SVP Global Sales - Grid Technologies dari Siemens Energy, menekankan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang suportif. Ia membagikan inisiatif perusahaannya seperti menyediakan fasilitas penitipan anak di dekat kantor dan mengembangkan program kemitraan dengan universitas untuk menarik talenta muda.
"Ini bukan hanya tentang program untuk wanita. Ini tentang memudahkan orang-orang dari latar belakang yang beragam untuk masuk ke industri ini," tegasnya.
Aspek mentorship dan visibilitas juga menjadi sorotan utama. Tidaporn Santimanawong berbagi pengalamannya sebagai salah satu dari sedikit insinyur perempuan 35 tahun lalu dan menekankan pentingnya tiga hal: mentorship dan pengakuan, memberikan kesempatan pada proyek-proyek strategis, dan membangun jalur kepemimpinan yang beragam. "Pengakuan publik atas pencapaian perempuan adalah salah satu cara untuk mendukung," ujarnya.
Diskusi ditutup dengan seruan kolektif untuk aksi nyata. Para pemimpin ini sepakat bahwa upaya peningkatan keberagaman harus datang dari atas ke bawah (top-down) melalui kebijakan yang jelas, namun juga harus didukung oleh budaya perusahaan yang memberdayakan setiap individu untuk proaktif dalam pengembangan karier mereka.
Pada akhirnya, panel ini mengirimkan pesan kuat bahwa masa depan infrastruktur AI yang andal dan inovatif sangat bergantung pada keberagaman talenta yang membangunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id