Perubahan ini adalah hal yang mengejutkan, mengingat Lenovo -- dan Motorola yang berada di bawah nama Lenovo -- merupakan merek yang cukup populer di seluruh dunia. Sementara Xiaomi dikenal sebagai perusahaan baru yang berhasil bersaing dengan pemain-pemain lama.
Menurut The Verge, Lenovo-Motorola jatuh dari posisinya di peringkat ketiga di tahun 2014 menjadi peringkat kelima di tahun lalu. Sementara Xiaomi selalu berada di posisi keempat atau kelima dalam dua tahun belakangan. Statistik dari IDC menunjukkan bahwa kedua perusahaan asal Tiongkok tersebut kesulitan untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.
Selain itu, tampaknya ada perubahan besar di pasar Tiongkok. Inilah yang menyebabkan perusahaan manufaktur smartphone ternama menjadi kesulitan. Salah satunya Apple, yang belum lama ini mengumumkan bahwa mereka mengalami kerugian untuk pertama kalinya dalam rentang waktu lebih dari satu dekade.
Fakta bahwa pasar Tiongkok sedang bermasalah mungkin akan menimbulkan masalah baru pada perusahaan-perusahaan yang memfokuskan penjualannya ke Tiongkok. Menurut IDC, alasan lain menurunnya peringkat Xiaomi dan Lenovo adalah karena pasar smartphone mulai jenuh, yang berarti, jumlah orang yang membeli smartphone tidak lagi sebanyak yang dulu.
"Lenovo dapat mengambil keuntungan karena memasang ASP (Average Selling Price) di bawah USD150 di tahun 2013. Xiaomi berhasil meneruskan tren ini dengan memasang ASP di bawah USD200 di tahun 2014 dan 2015," tulis peneliti IDC, Melissa Chau. "Sekarang, Huawei, Oppo dan Vivo, yang fokus utamanya di rentang USD250 akan memiliki posisi yang kuat di 2016."
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di Tiongkok mulai mencari fitur ekstra pada smartphone mereka dan rela untuk membayar lebih demi mendapatkannya. Smartphone premium seperti buatan Apple mungkin masih di luar jangkauan mereka. Namun, mereka mulai mencari smartphone yang sedikit lebih mahal.
"Asumsi kami adalah, para pembeli smartphone pertama telah tahu rasanya menggunakan smartphone, sekarang, sudah waktunya mereka mencari gadget dengan rentang harga yang sedikit lebih tinggi," kata Ryan Reith, yang bertugas untuk melacak pergerakan pasar mobile di IDC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News