MSIG Asia memandang kecanggihan teknologi bukan sekadar tujuan, tapi alat, dan untuk menggunakannya dengan bijak dibutuhkan fondasi yang kuat.
“Strategi transformasi digital kami dibangun di atas pendekatan hybrid dan multi-cloud,” ujar AVP Infra and Ops MSIG Asia, Yew Wei Kee, dalam wawancara eksklusif Medcom.id di konferensi .NEXT 2025 di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu, 7 Mei 2025.
“Kami tidak sekadar ingin mengadopsi teknologi, tapi menggunakannya untuk menyederhanakan proses bisnis dan menciptakan ruang bagi inovasi,” sambungnya.
Infrastruktur sebagai Landasan Transformasi
Di balik upaya transformasi MSIG Asia, Nutanix hadir sebagai tulang punggung infrastruktur. Dengan memanfaatkan kemampuan Nutanix dalam konsolidasi dan pengelolaan sumber daya digital, MSIG Asia kini mampu mengelola berbagai lingkungan virtual di sejumlah data center hanya dengan satu konsol terpadu.“Tim saya tidak perlu lagi berpindah-pindah platform. Satu konsol cukup untuk mengatur seluruh lingkungan virtual kami,” ungkap Yew.
“Skalabilitasnya juga luar biasa—saat kami butuh daya lebih, penambahan bisa dilakukan dengan cepat tanpa gangguan layanan,” lanjutnya.
Kinerja dan keamanan juga menjadi perhatian utama. Nutanix memberikan stabilitas, kecepatan, serta kemampuan pemulihan bencana yang vital dalam industri asuransi yang sangat sensitif terhadap data.
Membawa Manfaat Nyata
Namun topik yang paling banyak dibicarakan tahun ini di .NEXT tentu saja adalah AI. MSIG Asia tidak tinggal diam—mereka sudah memulai uji coba penerapan AI, khususnya dalam pengolahan dokumen dan asisten investigasi.“Dalam industri asuransi, hampir semua hal berpusat pada dokumen—polis, klaim, dan sebagainya. Kami menggunakan AI untuk merangkum, menyaring, dan memberi respons instan terhadap permintaan informasi,” jelas Yew.
“Bagi kami, ini bukan soal mengikuti tren, tapi memastikan bahwa setiap penggunaan AI benar-benar masuk akal dan membawa manfaat nyata,” tambahnya.
Namun Yew mengakui, tantangan terbesar justru ada di tahap awal: mencari use case yang tepat. MSIG Asia tidak ingin menerapkan AI hanya demi bisa berkata bahwa mereka ‘sudah menggunakan AI’. Sebaliknya, mereka fokus pada pendidikan internal dan literasi teknologi bagi staf.
“Kami adakan workshop agar karyawan mengenal AI sebagai alat bantu, bukan ancaman. Ini proses yang penting sebelum penerapan teknologi lebih lanjut.”
Dari Public Cloud ke On-Prem
Saat ini, sebagian besar eksperimen AI MSIG Asia dilakukan di public cloud untuk menjaga fleksibilitas dan menekan biaya awal. Namun Yew tidak menutup kemungkinan membawa workload AI kembali ke lingkungan on-premise yang dikelola Nutanix, begitu skalanya sudah memadai.“Nutanix punya semua kemampuan untuk menjalankan AI secara lokal. Ketika kami sampai pada tahap itu, tentu itu akan menjadi pertimbangan serius bagi kami.”
Lebih dari sekadar bercerita tentang AI, pengalaman MSIG Asia bersama Nutanix menegaskan satu hal: tanpa fondasi infrastruktur digital yang kokoh, inovasi hanyalah ambisi kosong. MSIG tidak sekadar mengadopsi teknologi—mereka membangunnya perlahan, dengan arah yang jelas dan alasan yang kuat.
“AI hanyalah satu bagian dari perjalanan kami, dan yang terpenting bagi kami adalah bagaimana kami dapat melangkah dengan cara yang benar,” pungkas Yew.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News